Rumah Sakit di Bandung ‘Ditutup’ Karena Penuh, Banyak Nakes Terpapar COVID-19

Rumah Sakit Penuh
Suasana ruang IGD sebuah RS swasta yang penuh sesak hingga pasien harus ditangani di atas kursi roda. Foto dok. 5NEWS.CO.ID

Bandung, 5NEWS.CO.ID,- Wali Kota Bandung, Jawa Barat, Oded M Danial menyebut sejumlah rumah sakit yang menutup sementara layanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) khusus COVID-19 bukan hanya karena ruang isolasi yang penuh.

“Jadi persoalannya bukan sekedar penuh rumah sakitnya, tapi ditambah lagi tenaga kesehatannya juga terpapar,” kata Oded di Bandung, Jawa Barat, Jumat.

Selain sempat kekurangan suplai gas oksigen, menurutnya kini para tenaga kesehatan di sejumlah rumah sakit yang ditutup pun turut terpapar COVID-19. Sehingga sumber daya manusia di fasilitas kesehatan itu berkurang. Adapun menurut Oded di kawasan Bandung rumah sakit yang menutup sementara layanan IGD khusus COVID-19 yakni RS Edelweiss, RS Cibabat, dan RSUD Kota Bandung (RSUD Ujungberung).

Dengan kondisi tersebut, menurutnya Pemkot Bandung terus berupaya untuk menambah kembali fasilitas kesehatan. Salah satunya, kata dia, gedung eks RS Khusus Ibu dan Anak yang berada di Astanaanyar akan digunakan untuk penanganan COVID-19.

“Sedang ada beberapa opsi yang akan dilakukan, untuk sekarang eks RSKIA sedang diupayakan optimal,” kata Oded.

Adapun berdasarkan data Pusat Informasi COVID-19 Kota Bandung sejauh ini, jumlah kasus terkonfirmasi aktif yakni sebanyak 2.879 orang. Kemudian tercatat per 1 Juli 2021 ada penambahan sebanyak 399 kasus baru terkonfirmasi COVID-19. Lalu sejauh ini sudah ada 507 orang yang meninggal dunia dengan status terkonfirmasi COVID-19.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil mengatakan bahwa kasus infeksi virus corona varian Delta sudah ditemukan di sembilan kabupaten/kota di wilayah Provinsi Jawa Barat, termasuk di Kabupaten Bandung.

“Varian Delta sudah masuk di Jabar. Hati-hati karena tingkat penularannya sangat tinggi,” kata Ridwan Kamil keterangan pers via daring beberapa hari lalu.

Gubernur meminta warga meningkatkan kehati-hatian dan disiplin menerapkan protokol kesehatan guna menghindari penularan virus corona varian Delta yang lebih cepat menular. Pemerintah Provinsi Jawa Barat meningkatkan kapasitas fasilitas pelayanan kesehatan untuk menekan angka kematian akibat penyakit tersebut. Berdasarkan data resmi, kata Gubernur, tingkat kematian COVID-19 Jabar berada di angka 1,37 persen atau di bawah rata-rata nasional.(ANTARA/hsn)