Ritual Mandi Bersama Sungai Gangga Picu Badai Covid-19 di India

Ilustrasi ritual mandi bersama di Sungai Gangga, foto by google image

New Delhi, 5NEWS.CO.ID,- Badai infeksi virus corona yang terjadi di negara India menjadikan negeri tersebut mencatat rekor global penambahan kasus infeksi harian sebesar 349 ribu kasus akhir pekan.

Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi mengatakan negara India mendapatkan 1,2 juta kasus baru hanya dalam interval saja yang menyebabkan fasilitas kesehatan ambruk dan kekurangan suplai oksigen, dikutip dari Channel News Asia.

“Kami yakin semangat kami naik setelah mengatasi gelombang pertama, tetapi badai ini telah menguncang bangsa,” ujar Modi, Senin (26/4/2021).

Modi menjelaskan India sendiri telah mengerahkan sejumlah tentara nya sejak kemarin Senin (26/4/2021). Beberapa negara seperti Amerika Serikat (AS), Inggris dan Jerman memberikan bantuannya untuk membantu penanganan kasus Covid-19 yang membuat rumah sakit di India kewalahan.

Sementara Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan pihaknya sudah mengirimkan tambahan staf dan suplai alat kesehatan, termasuk perangkat oxygen concentrator.

Disisi lain Modi mendesak seluruh warga untuk mau divaksin dan waspada terhadap badai infeksi. Karena rumah sakit dan dokter di kawasan utara India sudah tidak sanggup berhadapan dengan situasi.

Dibeberapa kawasan yang paling parah, jenazah pasien Covid-19 dibakar secara masal dilokasi yang sengaja dibuat untuk itu.

Modi mengungkapkan petugas kesehatan di bagian timur India menyeret jenazah saat akan menuju proses kramasi, karena kekurangan tandu.

Mengutip data Worldometers, pada Senin (26/4) tercatat kasus harian baru corona sebanyak 354.351 dengan 2.806 kematian. India berada di posisi negara kedua dengan kasus corona terbanyak di dunia. Total ada 17.306.300 kasus dan 195.116 kematian.

Sebelumnya warga India menjalani tradisi Kumbh Mela di Sungai Gangga atau ritual mandi bersama di awal bulan ini.

Tradisi tersebut masih saja dilakukan walau ditengah pandemi Covid-19 dengan dihadiri sebanyak 5 juta orang, sehingga menimbulkan kerumunan.  

Hal itu menjadikan PM India Narendra Modi dianggap gagal dalam mengatasi mobilitas publik pada acara tersebut. (sari)