
Teheran, 5NEWS.CO.ID,- Presiden Iran Hassan Rouhani mendesak Amerika agar kembali mengadopsi kesepakatan nuklir antara enam negara pada 2015 yang telah di gugurkan secara sepihak oleh Donald Trump.
Peristiwa itu terjadi saat muncul ketegangan panjang antara kedua negara yang sempat memuncak pada 2018. Trump mencabut dukungan atas perjanjian yang telah diperjuangkan oleh mantan Presiden AS Barack Obama.
Namun Trump mengembalikan sejumlah saksi yang melumpuhkan ekonomi Iran dan melobi negara lain agar menangguhkan pencabutan sanksi terakhir sesuai perjanjian, yaitu embargo senjata. Hal ini dilakukan untuk memaksa Iran kembali ke meja perundingan.
Presiden Rouhani mengatakan tekanan maximal Washington terhadap Iran gagal 100 persen.
“Jika Washington menginginkan kesepakatan dengan kami, maka mereka harus meminta maaf telah keluar dari perjanjian dan kembali mengadopsinya,” ujar Rouhani, Selasa (26/8/2020) kemarin.
Diketahui Iran sengaja melanggar perjanjian 2015 dengan menghidupkan kembali penggolahan uranium miliknya, hal ini di sebabkan akibat tekanan maximal yang diformulasikan oleh Amerika.
Selama kampanye pilpres Trump menuntut kesepakatan baru, dimana AS ingin mengaitkan aktivitas nuklir Teheran dengan operasi militer Garda Revolusi Timur Tengah.
Jika ia menang pada Pemilu Kepresidenan November mendatang,Trump berjanji akan mampu menghasilkan kesepakatan tersebut hanya beberapa pekan.
Rouhani menyatakan siapapun itu Presiden Amerika entah Trump atau orang lain harus mengadopsi pendekatan yang berbeda terhadap Iran. Menurutnya Trump bicara terlalu banyak.
Sejauh ini negara anggota Dewan Keamanan lain seperti Rusia, Perancis, Cina, Inggris dan Jerman tetap berkomitmen mempertahankan perjanjian dengan Iran.
Disisi lain Jerman dan Inggris merasa khawatir dengan dampak pencabutan embargo militer yang akan berakibat pada stabilitas keamanan di kawasan.
Selama ini Iran bersikukuh program nuklirnya untuk perdamaian. (sari)