
Solo, 5NEWS.CO.ID,- Tim gabungan Polri bersenjata lengkap menggelar razia di wilayah Solo. Pasukan yang terdiri dari Satuan Brimob dan Sabhara Polda Jateng, didukung oleh Sabhara, Reskrim, Intel serta Brimob Yon C Surakarta melakukan patroli berskala besar di sejumlah lokasi yang diduga menjadi kantong kelompok intoleran. Puluhan aparat keamanan itu bertolak dari Mapolresta Surakarta, Manahan Solo, dengan mengendarai sepeda motor menuju ke lokasi.
Kapolresta Surakarta Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak menyatakan razia tersebut merupakan kegiatan patroli rutin yang ditingkatkan dengan skala besar. Ia menyebut lokasi sasaran razia ditentukan berdasarkan laporan masyarakat. Pasukan gabungan, kata Ade, melakukan patroli di Mojo, Sangkrah, Gendekan dan daerah sekitarnya di Kota Solo.
“Kami menerima laporan masyarakat bahwa lokasi-lokasi ini sering dijadikan tempat berkumpulnya kelompok-kelompok yang meresahkan masyarakat,” ungkap Kapolresta Surakarta Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak, Sabtu (15/8/2020) di Solo.
Ade menjelaskan petugas melakukan penyisiran di lokasi yang diidentifikasi sebagai kantong kelompok anarkis tersebut. Kelompok itu, menurut Kapolres, kerap melakukan aksi sweeping, intoleransi, kekerasan dan tindakan premanisme yang meresahkan warga. Saat razia berlangsung, petugas memeriksa sejumlah kendaraan dan orang yang dicurigai membawa senjata tajam, senjata api ataupun bahan peledak. Kapolres mengatakan kegiatan razia ini merupakan perintah Kapolda Jateng
“Kita menerjunkan tim gabungan sebanyak 120 personel yang dibagi dalam tiga tim. Setiap tim terdiri dari 40 personel,” kata Ade.
“Tidak ada ruang bagi kelompok intoleran di wilayah Surakarta, sehingga masyarakat merasa aman, dan nyaman,” tegasnya.
Razia tersebut merupakan tindak lanjut dari aksi kekerasan bermotif intoleransi yang dilakukan sekelompok orang di Mertodranan, Pasar Kliwon, Solo pada Sabtu (8/8) lalu. Kelompok itu menyerang keluarga yang sedang menggelar acara Midodareni sebagai rangkaian acara pernikahan. Aksi anarkis kelompok itu mengakibatkan tiga orang luka-luka dan sejumlah mobil mengalami rusak berat.
Salah satu korban, Habib Umar Assegaf, bahkan harus menjalani operasi akibat luka pukulan batu di kepalanya. Menurut keterangan keluarga korban, Habib Umar sempat dizinkan pulang setelah dirawat di sebuah rumah sakit di Solo. Beberapa hari kemudian, dokter menyarankan korban dioperasi untuk mengangkat serpihan batu yang masih bersarang di kepalanya dan menyebabkan infeksi.(hsn)