
Pati, 5NEWS.CO.ID,- Petani di Kabupaten Pati, Jawa Tengah mengalami kerugian puluhan miliar akibat sawah dan tambaknya kebanjiran. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati memperkirakan kerugian total petani mencapai 31,2 miliar rupiah. Nilai kerugian itu dihitung berdasarkan nilai ekonomis area sawah dan tambak serta perkebunan yang gagal panen akibat banjir.
Kepala BPBD Pati, Martinus Budi mengungkapkan banjir yang merendam puluhan desa di enam kecamatan di Kabupaten Pati. Menurut data, dampak kerugian terbesar dialami oleh para petani di wilayah Kecamatan Jakenan.
“Sesuai data tim kami, total kerugian ditaksir lebih dari 31,2 miliar rupiah. Paling besar kerugiannya adalah Desa Tondomulyo dan Sonorejo Kecamatan Jakenan. Masing-masing desa itu kerugiannya mencapai 7 miliar rupiah,” kata Martinus seperti dikutip detikcom, Jumat (12/2/2021).
Menurut Martinus, hingga Jumat kemarin sebanyak 43 desa masih terendam banjir dengan ketinggian air sekitar 30 hingga 130 sentimeter. Selain tambak dan sawah, banjir juga merendam 3.668 rumah yang dihuni oleh 4.935 keluarga.
Sebelumnya, Bupati Pati Haryanto menyebut bahwa penyebab banjir adalah luapan sungai Juwana. Dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2021, Haryanto menyampaikan sejumlah usulan untuk mengatasi permasalahan banjir di Pati.
“Pertama adalah permasalahan banjir di Kabupaten Pati yang semestinya bisa di urai. Karena persoalannya adalah luapan dari sungai Juwana,” kata Haryanto dalam Musrenbang secara daring, Rabu (10/2).
Haryanto memaparkan bahwa bahwa Sungai Juwana merupakan pembuangan dari 26 anak sungai. Menurut dia, satu-satunya cara untuk mengatasi permasalahan banjir di Kabupaten Pati adalah dengan normalisasi Sungai Juwana. Persoalannya adalah Sungai Juwana merupakan kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Provinsi Jawa Tengah.
Didampingi oleh Kepala Bappeda Pati, Haryanto lalu meminta dukungan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo untuk memprioritaskan normalisasi sungai sepanjang 60 kilometer itu. Ia mengatakan, bahwa jalur air Sungai Juwana yang terhambat menyebabkan limpasan air yang merusak infrastruktur.
Menurutnya, Jalur Pantura dari Demak sampai perbatasan Jawa Timur belum tersentuh program penanganan. Padahal, jalur ini merupakan urat nadi utama transportasi darat di Pulau Jawa yang menjadi jalur penting bagi perekonomian. Bupati Pati menjelaskan bahwa jalur yang membentang hingga Jawa Timur itu adalah jalur muatan berat. Curah hujan yang tinggi sering mengakibatkan jalan rusak hingga perjalanan tersendat.(hsn)