
Wonosobo, 5NEWS.CO.ID,- Menjadi fenomena yang mengherankan jika bertemu seseorang yang notabene hafal Al-Qur’an namun memiliki kecenderungan radikal. Bahkan, begitu mudah mengacungkan telunjuknya kepada orang lain sambil menghakiminya kafir.
Meskipun pengkafiran mereka itu sambil menukil ayat-ayat Al-Qur’an, tidaklah berarti hal itu dibenarkan. Demikian dijelaskan oleh DR. H. Aksin Wijaya Al Hafidz, pengasuh pondok pesantren Hidayatul Qur’an sekaligus Dekan Fakultas Komunikasi dan Sosial Politik (FKSP) UNSIQ Wonosobo Jawa Tengah dan pengajar Ilmu-ilmu Tafsir di Pasca Sarjana UNSIQ, dalam sebuah diskusi terbatas pada Senin (18/01/2021).
Pada kesempatan tersebut Kiai Aksin menjelaskan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an yang dijadikan sebagai dalil pengkafiran tersebut memang ada dalam Al-Qur’an. Namun ayat tersebut harus benar-benar dipahami secara menyeluruh.
“Jangan memahami ayat Al Qur’an dengan sepotong-potong saja. Apalagi kita tahu ada banyak hal yang harus diperhatikan dalam menafsirkan sebuah ayat Al-Qur’an,” tutur KH Aksin yang telah sudah banyak mencetak santri menjadi penghafal Al Qur’an, Senin (18/1) di Wonosobo.
“Menghafal Al-Qur’an memang berpahala besar dan merupakan nilai positif. Namun, memahami Al-Qur’an jauh lebih berpahala dan lebih bermanfaat, yang kemudian bukan saja bermanfaat bagi dirinya sendiri tetapi juga akan bermanfaat bagi orang lain,” tambahnya.
Selanjutnya KH Aksin menekankan agar siapapun yang meyakini kebenaran Al-Qur’an harus lebih memprioritaskan kajian terhadap ayat-ayat dalam Al-Qur’an.
“Tetap harus dipahami bahwa hal ini bukan berarti menomorduakan menghafal Al-Qur’an. Menjadi Al Hafidz tetaplah sesuatu yang baik dan mulia. Banyak hadis yang menjelaskan betapa besarnya manfaat dari menghafal Al-Qur’an. Namun dibarengi dengan kajian yang benar dan berdasar terhadap ayat-ayat dalam Al-Qur’an tentu akan lebih besar manfaatnya. Dan perlu diingat, kajian yang demikian ini akan menghindarkan para hafiz dari sikap yang radikal dan ekstrem.” pungkas dia.(AM)