Ayatullah Ali Khamenei: Iran Menentang Upaya Pelemahan Irak oleh AS

Teheran, 5NEWS.CO.ID,- Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengatakan, Iran menginginkan Irak yang terhormat dengan tetap mempertahankan integritas teritorial, persatuan dan solidaritas internal pada Selasa, (21/7/2020) kemarin.

Menurutnya, Amerika Serikat adalah sebenar-benarnya musuh, dan ia tidak menginginkan Irak yang independen, kuat dan memiliki pemerintah hasil suara mayoritas dan pandangan AS tentang Irak, sepenuhnya bersebrangan dengan Iran.

“Iran terkait hubungan Irak dan Amerika tidak mau ikut campur, tapi berharap sahabat kami Irak, mau mengenal Amerika, dan ketahuilah kehadiran Amerika di negara manapun selalu menjadi sumber kerusakan, dan kehancuran,” ucap Ayatullah Khamenei.

Ia menambahkan, perluasan hubungan Iran dan Irak mendapat penentangan dari sejumlah pihak terutama Amerika, tapi jangan pernah takut pada Amerika, karena ia tidak bisa berbuat apa-apa.

Rahbar menuturkan, apa yang sangat penting dalam hubungan bilateral bagi Republik Islam Iran adalah kepentingan, kemaslahatan, keamanan, kehormatan, kekuatan regional, dan pemulihan kondisi Irak.

Rahbar menyebut teror Jenderal Syahid Qassem Soleimani, dan Syahid Abu Mahdi Al Muhandis sebagai bukti hasil kehadiran Amerika. Ia menegaskan, Republik Islam Iran tidak akan pernah melupakan teror ini, dan pasti akan memberikan pukulan balasan kepada Amerika.

Rahbar juga menjelaskan Marja’iyyat dan pribadi Ayatullah Sistani sebagai sebuah nikmat besar bagi Irak.

“Hashd Al Shaabi adalah nikmat besar lainnya di Irak yang harus dipertahankan,” ujar Rahbar.

Disisi lain Perdana Menteri Irak Mustafa Al Kadhimi, menegaskan penentangan Iran atas segala bentuk upaya untuk melemahkan pemerintah Irak. Pertemuannya dengan Rahbar sebagai sebuah kebahagiaan besar, dan berterimakasih atas sikap serta dukungan Iran dalam berbagai kesempatan terutama di masa perang melawan Daesh atau ISIS dan takfiri.

Ia menjelaskan, rakyat Irak tidak akan pernah melupakan bantuan Iran, dan kenyataannya adalah darah rakyat Irak dan Iran bercampur dalam perang melawan ISIS dan takfiri.

Mustafa Al Kadhimi menegaskan, hubungan Iran dan Irak adalah hubungan sejarah, budaya dan mazhab yang dalam dan panjang dengan bersandar pada kecintaan terhadap Ahlul Bait as.

“Arahan dan nasihat Anda laksana kunci yang menyelesaikan berbagai permasalahan, dan saya berterimakasih serta bersyukur atas bimbingan ini,” tutur PM Irak Rahbar.

Sebelumnya  pada tahun 2001, Amerika dengan dalih memerangi Al Qaeda, yaitu kelompok teroris yang diakui sendiri oleh Donald Trump dan Hillary Clinton, diciptakan oleh Amerika, menjadikan kawasan timur tengah  tidak aman, dan memenuhinya dengan terorisme dengan melahirkan Daesh atau ISIS dan kelompok teroris lain.

Sekarangpun Amerika sedang melakukan petualangan baru untuk mengalihkan perhatian masyarakat dunia dari keterlibatan Trump dalam menciptakan banyak krisis, dan perang di kawasan. Dalam beberapa tahun terakhir, Amerika melakukan berbagai kejahatan untuk meraih ambisinya.

Rahbar menyebut teror Jenderal Syahid Qassem Soleimani, dan Syahid Abu Mahdi Al Muhandis sebagai salah satu contoh buah kehadiran Amerika. Ia menegaskan, Republik Islam Iran tidak akan pernah melupakan masalah ini, dan pasti akan memberikan pukulan balik kepada Amerika.

Kenyataannya, musuh selalu gagal merusak hubungan baik Iran dengan negara-negara tetangganya. Hari ini situasi kawasan, dan transformasi politik serta militer sudah berubah, dan semua bangsa kawasan nampaknya tidak bisa menahan  lagi dampak buruk kehadiran Amerika.

Oleh karena itu Rahbar kepada PM Irak mengatakan, Republik Islam Iran berharap keputusan pemerintah, rakyat dan parlemen Irak untuk mengusir Amerika dapat ditindaklanjuti, karena keberadaan mereka memicu ketidakamanan.

Hal ini disadari betul oleh PM Irak dan kepada Ayatullah Khamenei, ia menuturkan rakyat Irak tidak akan pernah melupakan bantuan Iran, dan realitasnya darah rakyat Irak dan Iran bercampur dalam perang melawan ISIS.

Dari penjelasan Rahbar dan PM Irak dapat dipahami bahwa hubungan Irak dan Iran berdiri pada tiga fondasi, yaitu keamanan bersama, kerja sama ekonomi-politik, dan bersandar pada kesamaan kebudayaan. ( AHA)