Pasien Keluhkan Buruknya Layanan RSU Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah Pati

Pati, 5NEWS.CO.ID,- Calon pasien mengeluhkan buruknya layanan petugas RSU Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah. Seorang wanita berinisial K (37) warga Rt 04 Rw 01 Desa Tayu Wetan, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, Jawa Tengah yang menderita pendarahan merasa tidak dilayani dengan baik dan mengaku kecewa saat berobat ke rumah sakit tersebut.

Mulanya, K berobat ke layanan spesialis kandungan di RS Fastabiq Pati karena pendarahan yang dia derita. Setelah diperiksa,  diagnosa dokter menunjukkan pasien mengalami penebalan dinding Rahim dan memberikan obat untuk diminum selama beberapa hari. Kala itu, dokter yang menangani berpesan jika pendarahan tidak kunjung berhenti akan dilakukan Tindakan medis berupa kuret.

Keluarga korban Hasan Idrus (39) menuturkan, pada hari Sabtu (2/5/2020) pasien kembali ke rumah sakit  karena pendarahan tidak berhenti. Pasien lalu disuruh memilih mau dilanjutkan dengan obat atau di kuret.

“Kita kan balik tanya, kan dokter lebih tau harus bagaimana,” ujar Hasan kepada 5NEWS.CO.ID, Senin (4/5/2020) malam.

Dokter itu kemudian menyarankan kuret dan pasien juga harus di cek laboratorium terlebih dahulu. Hasan menuturkan, petugas rumah sakit sempat menawarkan mau dikuret malam ini atau besok. Akhirnya keluarga pasien memutuskan untuk melaksanakan saran dokter keesokan harinya.

“Waktu kami melakukan pembayaran di kasir, kasirnya juga bersikap tidak sopan. Waktu kami hendak ambil hasil lab, kasirnya malah nanya ini nggak ada obatnya ya, cuma hasil lab,” lanjut dia.

“Pas kita tanya ambilnya kapan mbak sekarang atau besok waktu mau dikuret? Kasirnya malah jawab ya terserah bapak mau di ambil sekarang atau besok katanya,” kata Hasan.

“Terus ambilnya dimana mbak? Dengan nada tidak sopan kasir menjawab, lha bapak tadi lab nya dimana?” tuturnya.

Hasan yang saat itu sedang berpuasa mengaku sedikit emosi melihat pelayanan petugas RSU Fastabiq tersebut.  Ia lalu menegur petugas itu dan mengatakan bahwa dia bertanya dengan sopan, kenapa dijawab dengan jawaban tidak mengenakkan. Kasir itu kemudian minta maaf dan menunjukkan tempat pengambilan hasil lab, lalu pasien bersama keluarga pun pulang.

Keesokan harinya, pada hari Minggu (3/5/2020) pukul 07.00 WIB pagi Hasan kembali mengantar K ke RSU Fastabiq dan langsung masuk ke Unit Gawat Darurat (UGD). Setelah melihat hasil lab, petugas mengatakan bahwa HB darah pasien K sangat rendah dan membutuhkan 2 kantong darah.

“Kami bingung jadinya, kenapa kok kemarin tidak diberi tahu. Kan bisa persiapan dulu. Hasil lab kemarin kan sudah kelihatan,” ucap Hasan dengan nada gusar.

Lantaran dari pihak keluarga tidak ada yang memiliki tipe darah yang sama, mereka lalu meminta rumah sakit Fastabiq mengecek ketersediaan darah untuk pasien dari Palang Merah Indonesia (PMI). Namun, pihak rumah sakit enggan melakukan pengecekan ke PMI. Menurut Hasan, petugas beralasan bahwa prosedurnya memang harus mendaftar sebagai pasien rawat inap terlebih dahulu.

“Aneh dan janggal kalau pasien harus mendaftar dulu baru bisa dicek di PMI ada darah itu atau tidak. Kalau tidak ada kan bisa berhari2 pasien menunggu penanganan?”.

Tak hanya itu, saat pasien dan keluarga memutuskan untuk pindah rumah sakit, petugas loket pendaftaran juga dengan enaknya mengatakan kalau mau pindah rumah sakit dipersilahkan. Saat hendak menyelesaikan biaya administrasi dan menebus obat untuk rawat jalan, kata Hasan, pasien juga terpaksa menunggu lama karena kata petugas data belum masuk.

“Saat kami memutuskan untuk pindah rumah sakit, petugas menjawab dengan ketus dan diulang-ulang, kalau ingin pindah silahkan pak,” kata Hasan.

Ia berharap rumah sakit Fastabiq melakukan perbaikan pelayanan kepada masyarakat agar hal yang sama tidak dialami oleh pasien-pasein yang lain. Hingga berita ini ditulis, belum ada tanggapan atau klarifikasi dari RSU Fastabiq Sehat Muhammadiyah Pati.(hsn)