Pandemi Covid-19 dan Berubahnya Peradaban di Suluk Maleman

Penggagas Suluk Maleman, Anis Sholeh Baasyin saat berdiskusi di Suluk Maleman ke-116, Sabtu (21/8/2021) malam. (Foto dok 5NEWS.CO.ID)

Pati, 5NEWS.CO.ID,- Menyikapi pandemi Covid-19 jadi pembahasan hangat dalam ngaji budaya Suluk Maleman edisi ke-116. Pasalnya, pandemi telah mengubah peradaban manusia saat ini.

Penggagas Suluk Maleman, Anis Sholeh Baasyin mengatakan berubahnya peradaban akibat pandemi merupakan sebuah keniscayaan. Menurutnya, peradaban yang dibangun manusia selama ini dapat seketika runtuh dan digantikan peradaban yang baru.

“Hanya saja, banyak manusia yang tidak siap. Karena sudah nyaman dengan siatem lama sehingga mereka tak siap saat harus beralih ke sistem yang baru. Orang-orang tak pernah menyangka dan tak punya bayangan jika pada lima atau sepuluh tahun kedepan pola dunia akan berubah,” kata Anis saat berdiskusi, Sabtu (21/8/2021) malam.

Anis menyebut contoh banyaknya perusahaan yang bergerak di sektor transportasi menjadi kacau. Dalam pandangannya, hubungan ekonomi dan perdagangan juga terpuruk lantaran kegiatan armada pengangkut seperti kapal dan penerbangan yang turun drastis.

“Guru saya dulu pernah berpesan; yang paling penting jangan sampai kita merasa mapan di dunia, dalam pengertian bukan hanya fisik tapi sikap batin kita tidak boleh melekat pada sesuatu. Karena saat akan ada perubahan kita sudah siap,” ujarnya.

Sementara itu, Toto Raharjo, salah seorang narasumber, menyebut bahwa hampir semua wabah dan pandemi berujung pada perubahan peradaban. Dalam pengamatannya, wabah black death, wabah cacar di Amerika di abad 15 dan wabah ternak di Afrika juga membawa perubahan pada peradaban manusia. Ia pun menduga pandemi Covid-19 yang dia sebut unik dan massif akan membawa perubahan positif.

“Orang yang memiliki kesadaran lingkungan sepertinya akan banyak yang muncul. Bahkan pendidikan dari rumah bagi saya juga cukup positif. Dimana rumah dan keluarga semestinya menjadi tempat belajar yang utama dan pertama,” ungkap Toto.

Narasumber lain, Sabrang Mowo Damar Panuluh yang juga dikenal dengan Noe Letto berpandangan bahwa pandemi selalu membuka ruang kemungkinan yang jarang tersentuh. Menurut dia, pemanfaatan teknologi adalah hal baru yang paling menonjol pada pandemi Covid-19.

“Saat keadaan menggoncang kahanan, jawaban baru seringkali menjadi hal yang lebih diterima. Tapi kalau tak ada jawaban baru, maka akan tetap kembali ke jaman lalu hanya aktornya saja yang berganti,” tegasnya.

Pandangan berbeda diungkapkan oleh Dr Abdul Jalil yang juga menjadi narasumber serial Suluk Maleman. Dia justru khawatir kondisi seperti sekarang ini adalah masa yang memunculkan kalabendu.

“Dalam sebuah hadis disebutkan masa semacam itu akan terjadi jika Tuhannya adalah perut dan agamanya adalah materi. Iman tinggal nama, Islam hanya dibaca dan didiskusikan tanpa diamalkan. Meski begitu saya tetap positif thinking dengan menjadi hamba Allah yang mengabdi,” tutur Dr Jalil.

Ia pun mengaku telah menyerahkan segala sesuatu yang terjadi, termasuk pandemi ini, kepada Allah. Baik harus hancur maupun bertahan hidup, dia yakin semua ada penjelasannya. Menurut Jalil, segala ruang kemungkinan bukan untuk lari dari kematian, tetapi untuk bertahan hidup dan menjadi khalifah di muka bumi.

“Saya yakin tidak ada kekuatan yang mengendalikan kecuali Allah,” kata dia.(hsn)