Pamer Paha Hingga Pelecehan Seksual, Jember Fashion Carnaval (JFC) 2019 Tuai Kecaman

Jember, 5NEWS.CO.ID,- Perhelatan Jember fashion Carnaval ke 18 di tahun 2019 banyak menuai kecaman. Aksi pamer paha hingga video viral pelecehan seksual yang dilakukan pengunjung JFC membuat pameran busana itu dianggap terlalu vulgar serta berdampak negatif, dari. Anggota DPRD Jember bahkan menyebutnya sebagai porno aksi.

Baca Juga:

JFC 2019 bertajuk ‘Tribal Grandeur’ dihelat pada 31 Juli hingga 4 Agustus 2019 lalu. Meskipun beberapa hari berlalu, acara tersebut masih menjadi perbincangan hangat lantaran dianggap kontroversial. Berlokasi di Central Park jalan Sudirman Jember, karya designer terkemuka di Indonesia seperti Bunda Anna Avantie dan artis Cinta Laura Kiel ditampilkan

Sayangnya, busana Hudoq ciri khas Suku Dayak, Provinsi Kalimantan Timur yang dikenakan Cinta Laura cenderung terbuka di bagian bawah hingga pahanya terlihat jelas. Selain itu, Cinta Laura juga berbusana terbuka saat menyanyi  dalam acara itu.

Selang dua hari, kecaman keras muncul saat sidang paripurna DPRD Jember. Sidang hari Selasa (6/8/2019) itu ditujukan mendengarkan pandangan umum fraksi-fraksi terhadap Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Sidang tersebut malah menjadi ajang kecaman untuk Jember Fashion Carnaval.

Sejumlah fraksi mengecam penampilan seksi dan vulgar dalam JFC. Kecaman anggota dewan itu berfokus pada penampilan seksi dan terbuka sebagian pesertanya, terutama artis Cinta Laura. Perhelatan itu masih ramai dibahas di media sosial masyarakat Jember, apalagi setelah video yang memperlihatkan aksi pelecehan seksual yang dilakukan seorang pengunjung laki-laki terhadap seorang pengunjung JFC wanita menjadi viral.

“Kreativitas itu sangat luas. Tapi tentunya ada batasan-batasan untuk menampilkan sebuah karya. Harus disesuaikan dengan lingkungan tempat kegiatan dilaksanakan,” kata Eli Yusuf, Juru Bicara sebuah fraksi di DPRD Jember, Jawa Timur.

Siti Romlah, juru bicara Fraksi Partai Hanura-Demokrat (Harkat) bahkan menyebut JFC kali ini dengan istilah ‘Pornoaksi’ dan menganggapnya telah menodai citra Kabupaten Jember.

David Handoko Seto dari Fraksi Nasional Demokrat meminta agar Pemerintah Kabupaten Jember mengevaluasi pelaksanaan JFC mendatang karena telah menimbulkan dampak negatif dan gejolak di masyarakat.

Sebelumnya, Front Pembela Islam (FPI) Jawa Timur mengecam keras penyelenggaraan Jember Fashion Carnaval (JFC) 2019. FPI menilai acara tersebut tidak bermanfaat dan sarat maksiat.

Ketua DPD FPI Jatim Habib Haidar Alhamid mengatakan kecaman terhadap JFC 2019 berdasarkan sejumlah foto dan video yang merekam acara itu. Dari foto dan video itu FPI menilai JFC telah melanggar norma kesusilaan dan norma agama, karena mempertontonkan aurat. FPI Jatim juga mendorong pihak berwenang agar membubarkan perhelatan JFC

Beredar video singkat di media sosial yang memperlihatkan aksi pelecehan seksual. Dalam video itu terlihat seorang pria ikut berdesakan di belakang seorang pengunjung wanita yang sedang menonton JFC. Pria itu tidak mengambil gambar alias tidak menonton perhelatan tersebut. Dia fokus dengan penonton wanita yang ada di depannya, untuk melakukan pelecehan seksual.

Warga yang geram dengan aksi pelaku menuntut pihak kepolisian untuk mengusut tuntas dugaan aksi pelecehan seksual di acara bertaraf internasional tersebut.

Kasat Reskrim polres Jember, AKP Yadwavina Jumbo Qontason membenarkan adanya video pelecehan seksual di perhelatan JFC itu. Ia juga menyebut tuntutan warga agar polisi mengusut tuntas dugaan aksi pelecehan seksual di acara itu.

Meski belum menerima laporan, Polres Jember menyatakan akan menyelidiki kasus tersebut. Pihaknya berharap perekam video mau menjadi saksi untuk mengungkap peristiwa itu.

Di lain pihak, Bupati Jember Faida meminta maaf terkait penampilan model Jember Fashion Carnaval (JFC) yang dinilai masyarakat terlalu vulgar. Faida berjanji untuk melakukan evaluasi untuk perhelatan JFC tahun mendatang.

“Saya bersama Kiai Muqit (Wakil Bupati) menyampaikan permohonan maaf. Meskipun ada manajemennya, yang paling bertanggung jawab adalah saya sebagai Bupati Jember,” kata Faida di Pendopo Bupati Jember, Selasa (6/8) lalu.

Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) JFC Suyanto mengaku kecaman berbagai kalangan akan dijadikan sebagai pelajaran. Ia juga memohon maaf atas gejolak yang terjadi akibat perhelatan bertaraf internasional di Jember beberapa hari lalu. Suyanto menyebut apa yang terjadi merupakan kelalaian panitia. 

“Ini kelalaian panitia, tanggung jawab saya, dan mohon maaf,” kata dia.

Suyanto juga mengatakan penyelenggara JFC akan melakukan koreksi dan memperketat proses kurasi busana pada perhelatan JFC mendatang. Dia berjanji busana yang ditampilkan adalah konsep busana yang menutup ujung rambut hingga kaki.(hsn)