
Jepara, 5NEWS.CO.ID, – Bahroni seorang guide turis di Karimunjawa Jepara, merasa ditampar ketika saat menemani tamu dari luar negeri keliling Karimun kemudian tamunya mengekuhkan banyaknya sampah di tempat-tempat yang dikunjungi. ‘Taman Nasional kok banyak sampah,” keluh turis kala itu.
Pemilik angkringan WoKri ‘Wong Karimun’ di Kampung Lego itu pun berinisiatif bersama teman-teman ngopinya untuk menumbuhkan kesadaran akan karimun yang bebas sampah. Maka tercetuslah ide membentuk komunitas PAKar, Pencinta Alam Karimunjawa.
Berawal dari jagongan itulah Pecinta Alam Karimun terbentuk. Anggota baru sepuluh orang. Usianya pun baru tiga minggu. Namun ide besar untuk Karimun bersih bebas sampah dan layak dikunjungi wisatawan bukanlah hal sepele.
“Sebuah wadah untuk pemuda Karimun agar peduli dengan alam di sekitarnya. Seperti dua minggu lalu kami mengambil sampah botol plastik dari Bukit Love Karimunjawa, Karimunjannah dan Deepsky Villa,” kata Daniel Tangkilisan salah satu anggota PAKar saat dihubungi 5news.co.id, akhir pekan kemarin.
Kami lakukan ini atas inisiatif sendiri, kata Daniel, sama sekali tidak atas suruhan ataupun permintaan tempat-tempat usaha di atas, tempat-tempat yang dibersihkan.
“Kami tidak meminta ataupun menerima bayaran dari mereka. Tidak juga ada pihak lain manapun yang mendanai kegiatan kami ini,” kata Daniel yang juga mengajar Bahasa Inggris dan Belanda bagi Pemuda di Karimun.
Treking pertama PAKar ke Lego yang melewati Bukit Love. Di sepanjang jalan setapak itulah banyak ditemukan sampah plastik bekas bungkus makanan.
“Kegiatan kami berhubungn dengan pecinta alam tapi ingin beda dengan Pecinta Alam di daratan Jawa, tidak sekedar camping dan mendaki gunung. Kami ingin camping namun juga bisa menyelesaiakn masalah sampah yang ada di Karimun,” lanjut Daniel.
Untuk menutup dana operasioanln, PAKar urunan sendiri. Semua kegiatan serba urunan, Katanya. Termasuk saat membersihkan Pulau Gleyang dan di daerah kota.
“Sampah plastik yang kami kumpulkan di Pulau Gleyang Rabu lalu, kami jual ke pengepul. Untuk 17 kg kami mendapatkan Rp20.000,-” tulis Daniel di akun facebooknya.
Mungkin sedikit, lanjutnya, tapi tidak ada yang banyak itu jika yang sedikit tidak ada. Lagipula ini hasil jerih lelah kami sendiri tanpa instruksi dari pihak manapun.
“Uang ini semuanya masuk ke kas PAKar,” katanya.
Menurutnya, orang Jepara daratan, Jakarta dan juga tempat lain punya kontribusi menumpuknya sampah dan sampai ke Karimun dan mengotori pulau-pulau yang indah itu.
Untuk itu rencana kedepan, selain pengelolaan sampah bekas untuk bisa didaur ulang juga menumbuhkan kesadaran ke masyarakat dan kampung-kampung lain yang ada di Karimun.
“Sambil jalan kami bawa kantong plastik besar mengumpulkan sampah di jalan sekaligus memberikan contoh ke masyarakat. Sebab contoh paling baik dengan aksi.” pungkasnya. (mas)
Halo kak, boleh minta kontak aggota pakar gak ? Saya berminat untuk pergi ke karimunjawa dan berniat untuk berkunjung ke pecinta alamnya sekedar bersilaturahmi. Terimakasih sebelumnya kak