
Jakarta, 5NEWS.CO.ID,- Orang Tanpa Gejala (OTG) dikhawatirkan bisa menjadi pemicu gelombang COVID-19. Belakangan ini, sejumlah negara mengalami lonjakan kasus virus corona sesaat berselang berlakunya New Normal. Fenomena itu disinyalir berasal dari OTG yang terjangkit COVID-19 namun tidk terdeteksi.
Dalam diskusi yang digelar oleh AJI Jakarta, Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian RS Uiversitas Sebelas Maret (UNS) dr. Tonang Dwi Ardyanto, SpPK, PhD mengatakan bahwa masif testing merupakan jalan yang paling tepat. Ia menyebut, melalui cara ini luas skala penyebaran dan potensi penularan dapat diketahui.
“Untuk mengetahui luasnya penyebaran, kita dapat melakukan masif testing untuk mengetahui adanya antibodi di suatu wilayah,” ujar dr. Tonang saat berbicara dalam diskusi daring Isu-isu Kesehatan Masyarakat yang Terabaikan, Jumat (29/5/2020) malam.
dr. Tonang menjelaskan tingginya tingkat reaktif antobodi terahadap test tersebut menandakan luasnya paparan penyebaran virus. Setelah rapid test, kata dia, bagi yang reaktif dilanjutkan dengan test Polymerase Chain Reaction (PCR) atau swab test untuk menentukan mana orang yang terjangkit virus aktif.
“Orang dengan virus yang masih aktif inilah yang berpotensi menularkan ke pihak lain,” katanya.
Namun demikian, mengingat terbatasnya kapasitas PCR yang dimiliki, test ini hanya digunakan pada orang yang terindikasi kuat terpapar COVID-19. Sementara bagi OTG berada di urutan berikutnya,
Untuk itu, dr. Tonang menyarankan agar pihak berwenang melakukan rapid test antibodi dan rapid test antigen secara simultan di lapangan. Menurutnya, hal itu akan menjaring seluruh orang yang terpapar, baik yang telah terbentuk antibodi maupun yang virusnya masih aktif.
“Yang masih aktif saja yang diteruskan dengan test swab atau PCR,” lanjut dia.
Ia menilai hal tersebut jauh lebih efisien mengingat keterbatasan ada saat ini. Dengan demikian, dalam waktu yang relatif singkat dapat dibedakan secara jelas antara pasien positif corona dengan OTG. Cara ini juga dinilainya lebih praktis karena bisa dilakukan tanpa memerlukan teknologi dan persyaratan yang terlalu ‘advance’.(hsn)