Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Naik, Begini Tanggapan BI

Mata Uang Rupiah dan Dollar Amerika. (Foto: Bisnis/Arief Hermawan P)

Jakarta, 5NEWS.CO.ID,- Nilai tukar rupiah kini naik lagi menjadi Rp 15.020 per Dollar US, Kamis (22/7/2022). Hal ini dikarenakan krisis ekonomi global yang tengah melanda.

Edi Susianto selaku Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia mengatakan bahwa kelemahan mata uang tidak hanya berdampak di Rupiah saja, namun juga mata uang lainnya.

“Saya menegaskan bahwa saat ini, pelemahan tidak terjadi di Rupiah saja, tapi hampir semua mata uang, khususnya emerging market. Pelemahan mata uang saat ini adalah fenomena global,” Kata Edi.

Saat ini tengah diberlakukan kebijakan normalisasi The Fed yang sangat agresif. Karena adanya hal tersebut, pelaku pasar atau investor mulai khawatir akan berdampak pada pelambatan ekonomi USD dan bisa menjadi resesi di tahun depan.

Menurutnya dengan sikap hati-hati safe haven currency terhadap pelaku pasar pada USD, hal ini dapat menimbulkan penurunan nilai mata uang Rupiah. Namun, kini pihak BI mengatakan nilai Rupiah relative terkendali.

Edi memiliki strategi dan megimbau masyarakat agar percaya memegang Rupiah, menguntungkan memegang Rupiah, dan aset Rupiah, supaya keseimbangan suplay dan demand valas terjaga.

Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa faktor :

  1. Aspek fundamental, dari aspek ini bisa menjaga dan mengawal momentum pertumbuhan ekonomi.
  2. Menjaga mekanisme pasar keseimbangan suplay dan demand valas.
  3. Menjaga kompetitif aset agar dari demand valas dan investor asing dapat berkontribusi.

Lembaga pemeringkat Japan Credit Rating (JCR) agency, memperkirakan utang pemerintah akan menurun secara gradual seiring perbaikan postur fiskal yang didukung peningkatan penerimaan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang baik dan harga komoditas yang meningkat.

Perry Warjiyo selaku Gubernur BI menanggapi dengan menyatakan afirmasi rating Indonesia pada peringkat BBB+.

Saat ini para investor bisa beralih pada sektor batu bara sebagai solusinya. Karena, pendapatannya masih berupa Dollar dan masih mengandalkan ekspor serta harga komoditas masih cukup kuat. (HUS)

Komentar