Ngaji NgAllah Suluk Maleman: Mengejar Fatamorgana

Anis Sholeh Baasyin dalam Ngaji NgAllah Suluk Maleman edisi ke-117 dengan tema “Pungguk Merindukan Bulan”
Anis Sholeh Baasyin dalam Ngaji NgAllah Suluk Maleman edisi ke-117 bertema “Pungguk Merindukan Bulan”, Sabtu (25/9/2021) malam di Pati, Jawa Tengah. (Foto dok 5NEWS.CO.ID)

Pati, 5NEWS.CO.ID,- Tema “Pungguk Merindukan Bulan” yang diangkat dalam Ngaji NgAllah Suluk Maleman edisi ke-117 patut menjadi bahan perenungan. Peribahasa itu menunjukkan manusia sering mengejar impian tanpa kemampuan yang cukup untuk menggapainya. Anis Sholeh Baasyin menyebutnya sebagai mengejar kesia-siaan atau fatamorgana dunia.

Penggagas Suluk Maleman Anis Sholeh Baasyin menjelaskan bahwa peribahasa yang digunakan sebagai tema malam itu menyiratkan betapa sering manusia terjebak pada keinginannya sendiri.

“Fenomena pinjaman online misalnya, begitu marak terjadi saat ini. Ketika pinjaman itu untuk memenuhi kebutuhan pribadinya tentu masih bisa dimaklumi, tapi sekarang ini justru hanya karena ingin memenuhi hasrat dan gengsinya,” terang Anis membuka ngaji budaya seri dari rumah, Sabtu (25/9/2021) malam.

Kecenderungan ini kemudian ditangkap oleh sistem kapitalis yang justru mendorong masyarakat semakin kehilangan kemampuan untuk mengendalikan diri. Caranya, jelas Anis,  sama sebangun dengan yang kini digunakan pinjaman online. Yaitu, dengan memberikan bernagai rayuan bak dewa penolong di awal, lalu mencekik leher dengan jeratan bunga pada bagian akhirnya.

“Coba saja amati di media sosial, ketika kita ingin membeli baju tiba-tiba muncul beragam iklan tentang baju yang tentu begitu menggiurkan. Inilah yang kemudian membuat orang lupa tentang kemampuannya,” tambah Anis.

Manusia sekarang tengah dijerat oleh fatamorgana. Sistem kapitalisme, tutur dia, tengah memimpin peradaban manusia. Manusia lebih sering diajarkan untuk melampiaskan nafsu, bukan lagi untuk berpuasa.

“Sekarang ini memang dibangun dengan sistem ekonomi yang seperti itu. Bagaimana menumpuk berlipat untung dengan modal sekecil-kecilnya. Sistem ekonomi dibangun utnuk memberi ruang keserakahan manusia, entah sistem sosial politiknya demokratis mau pun sosialis dan komunis,” tegasnya.

Budayawan kondang ini juga mengingatkan pembelajaran dari cerita Nabi Adam yang diturunkan dari surga hanya karena rayuan dari iblis. Bayangkan, jelas Anis, Adam ditawari kerajaan yang tak akan rusak, padahal saat itu dia justru tengah berada di surganya Allah, yang notabene tak akan rusak.

“Inilah yang kemudian membuat manusia seringkali mengejar kesia-siaan. Iblis merayu dengan berbagai cara, termasuk untuk mengejar keabadian. Uniknya, apa yang dirayukan iblis pada dasarnya adalah sesuatu yang sebenarnya sudah dimiliki manusia. Iblis hanya mendorong manusia untuk lupa tentang apa saja yang sudah dimilikinya.  Padahal iblis tidak pernah membimbing pada kemuliaan namun yang pasti justru mengarah pada kehinaan dan kehancuran,” tutur dia.

Dalam Suluk Maleman yang digelar pada Sabtu (25/9) malam, juga turut dimeriahkan dengan koleksi Sampak GusUran. Ribuan masyarakat antusias menyaksikan ngaji budaya itu dari berbagai kanal media sosial.(hsn)