
Pati, 5NEWS.CO.ID,- Ngaji ngAllah Suluk Maleman kali ini mengupas tentang makna puasa. Dalam edisinya yang ke-112, Anis Sholeh Ba’asyin mengungkap bahwa puasa atau shiyam berarti menep yang bermakna diam atau tenang. Makna lain dari ibadah puasa, menurut budayawan kondang itu juga berarti menepi atau minggir.
“Sengaja ditulis dengan huruf “i” kecil karena memiliki dua arti. Menepi, (yang berarti) ke pinggir jalan atau minggir dan tidak ditengah. Karena ditengah itu identik dengan keramaian,” kata Anis Sholeh Ba’asyin membuka pembahasan, Sabtu (17/4/2021) malam, di Rumah Adab, Jalan Diponegoro 94, Pati.
“Shiyam itu kondisi menep. Kata menep juga diakomodir oleh bahasa Indonesia yang artinya adalah diam, tenang, mengendap, agar air itu menjadi jernih,” lanjut dia.
Pengasuh Suluk Maleman itu berpandangan bahwa menep yang bermakna mengendap itu bisa menjadi kata ganti puasa. Menurut dia, kata dasar dari shaum atau shiyam (puasa) juga memiliki makna serupa, yakni diam, tenang atau tak bergerak
“Kalau kita amat-amati, menep ini bisa menjadi kata ganti shiyam atau puasa. Karena kata dasarnya shiyam itu juga berarti diam, tidak bergerak. (Artinya) Menemukan situasi menep atau tidak keruh. (dimana) kekotoran-kekotoran itu turun ke bawah atau bahkan hilang,” tuturnya.
Pendiri Rumah Adab Indonesia Mulia itu menerangkan, kondisi menep bisa diperoleh apabila seseorang menahan diri dari kecenderungan hawa nafsu, termasuk menjauhi hal-hal yang halal sekalipun.
“(Dalam) Kondisi menep, orang menahan diri dari makan, dari seksualitas, dari bicara kotor. Bahkan hal-hal yang secara syar’i itu halal pun kita jauhi. Supaya kita bisa menep,” terang Anis.
Ia menganalogikan dengan buah anggur yang difermentasikan. Semakin lama anggur fermentasi tersebut diendapkan, semakin tinggi pula nilainya. Hal yang sama juga dialami oleh manusia, menurutnya, semakin menep manusia, kemampuannya dalam menyerap nilai-nilai kehidupan juga semakin bertambah.
Ibarat penulis pemula dengan yang sudah berpengalaman, tutur Anis, akan berbeda dalam menceritakan sebuah peristiwa. Ia menyebut bahwa hal itu disebabkan oleh proses menep yang berbeda. Budayawan itu lalu menyimpulkan, mengapa kaum sufi lebih mengandalkan dibandingkan dengan pengetahuan semata. Menurut Anis, mengalami itu berbeda dengan mengetahui.
“Perbedaan seorang penulis pemula dan yang sudah berpengalaman itu berbeda hasil tulisannya. Karena sudah menep lama, meskipun teknik sama-sama dikuasai,” ujarnya.
Anis Sholeh Ba’syin menilai melalui proses menep, makna kehidupan bisa diperoleh dan diserap. Hikmah puasa dalam pandangannya adalah, melalui proses menep, seseorang akan mampu mensublimasikan nilai-nilai kehidupan serta menyikapi berbagai macam peristiwa dengan bijak. (hsn)