MUI Jepara: Perbedaan Itu Keniscayaan

Beragam Adalah Karunia Tuhan, MUI Jepara: Perbedaan Itu Keniscayaan
Ketua MUI Jepara, KH. Mashudi (kiri) dan Anggota Komisi Dakwah, Pendidikan dan Ukhuwah Islamiyah MUI Jepara, Ustaz Miqdad Turkan (kanan). Foto istimewa

Jepara, 5NEWS.CO.ID,- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, menegaskan perbedaan keyakinan merupakan sebuah keniscayaan. Oleh sebab itu, MUI Jepara menilai keberagaman harus disikapi sebagai karunia yang diberikan Tuhan kepada manusia. Dengan demikian, kerukunan antar umat beragama dapat terwujud dan terpelihara.

Komisi Dakwah, Pendidikan dan Ukhuwah Islamiyah MUI Jepara, Ustaz Miqdad Turkan, mengungkapkan timbulnya aliran-aliran agama Islam bermula dari perbedaan penafsiran belaka. Dalam pandangannya, perbedaan penafsiran sama sekali tidak mengubah inti dari ajaran Islam sedikitpun.

“Sama-sama merujuk pada Al-Quran dan Sunah. Masing-masing mazhab itu punya prinsip sendiri-sendiri,” kata Ustaz Miqdad Turkan kepada Tim 5NEWS.CO.ID,- Kamis (18/11/2021) malam.

Dia menjelaskan bahwa semua aliran agama Islam sama-sama memilki tujuan sama, yaitu menuju kepada Allah SWT. Mazhab-mazhab itu, lanjutnya, memiliki penafsiran dan pemahaman berbeda dalam memaknai ayat Al Quran ataupun hadis.

“Ayatnya sama, hadisnya sama. Yang berbeda adalah cara memahaminya. Itu saja,” ujar pengasuh pondok pesantren Darut Taqrib Jepara itu.

Hal yang sama juga dicetuskan oleh Ketua MUI Jepara, KH Mashudi. Pendiri sekaligus pengasuh pondok pesantren Ummul Quro, Pecangaan, Jepara itu mengatakan bahwa keberagaman dalam keberagamaan adalah keniscayaan.

Mengutip beberapa ayat dari Al Quran, KH Mashudi menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan umat manusia beragam. Dalam ayat tersebut, tuturnya, Tuhan menyatakan dengan jelas bahwa umat manusia dalam kodratnya  diciptakan beragam, baik dalam ras, budaya ataupun keyakinan.

“Nah, keberagaman itu mari kita jadikan sebagai sesuatu yang indah. Hubungan satu dengan yang lain, toleransi, kerukunan satu dengan yang lain harus tercipta dalam berbagai aspek,” papar KH Mashudi saat ditemui di kediamannya, Kamis (4/11) siang.

Menurut KH Mashudi, batas-batas agama ada pada tataran akidah dan ubudiyah. Sementara dalam hubungan antar manusia dalam masyarakat, Islam memberi kebebasan untuk berinteraksi dan bekerja sama.

“Toleransi itu akan tercermin dalam perilaku keseharian. Itu yang selalu kami kedepankan di MUI dan FKUB,” ungkapnya.

Dalam pesannya, Ketua MUI Jepara itu mengatakan siapapun yang beragama dengan baik dan benar akan sejahtera. Karena, hal ini sudah menjadi ketentuan Allah SWT. Siapapun yang merasa sudah beragama tapi tidak merasa sejahtera, kata KH Mashudi, perlu melakukan evaluasi diri dalam menerapkan nilai-nilai agamanya.

“Yakinlah bahwa jika kita beragama dengan benar dan sungguh-sungguh, maka kita akan mendapatkan kesejahteraan. Bila ada orang bergama kemudian belum mendapatkan kesejahteraan, sebagai bagian dari keberagamaannya itu, maka yakinlah bahwa ada yang salah dalam menerapkan nilai-nilai keagamaannya,” pungkasnya.(hsn)