MPU: Penolakan Firanda Disebabkan Akidahnya Berbeda dengan Mayoritas Umat Islam

Firanda Diusir di Aceh

Banda Aceh, 5NEWS.CO.ID,- Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Banda Aceh mengatakan penolakan masyarakat Aceh terhadap Firanda Andirja Abidin disebabkan oleh akidahnya yang berbeda dengan mayoritas umat Islam.

Baca Juga

Wakil Ketua MPU Banda Aceh, Tgk Bulqaini mengatakan, pengusiran paksa penceramah itu lebih disebabkan oleh misinya untuk menyebarkan akidah wahabi yang bertentangan dengan mayoritas akidah umat Islam, khususnya di Aceh.

“Akidahnya bukan saja bertentangan dengan akidah umat Islam di Aceh. Tapi bertentangan dengan akidah umat islam di seluruh dunia,” kata Tgk Baequni, Sabtu (15/6/2019) di Aceh.

Tengku Baiquni mengungkapkan bahwa Firanda juga memvonis ayah dan ibu Nabi Muhammad SAW kafir dan berada di neraka. Selain itu, penceramah yang dinilai berpaham wahabi itu juga menganggap akidah Asy’ariyah sesat.

Lebih lanjut, Tengku Baiquni mengaku tak ingin generasi masyarakat Aceh terjangkit paham radikalisme sebagaimana yang diajarkan oleh Firanda.

Meskipun demikian, anggota Dewan Majelis Syura FPI Aceh itu mengatakan pihaknya tidak menolak kedatangan Firanda sepenuhnya. Masyarakat Aceh juga tidak pernah menganggap Firanda kafir. Menurut dia, masyarakat Aceh sangat menjaga toleransi dengan keberagaman.

Dia menjelaskan, yang ditolak adalah kehadirannya untuk berceramah karena persoalan akidah.. Baiquni menjelaskan, jika Firanda datang ke Aceh sebagai turis, masyarakat Aceh tidak akan mempersoalkan hal tersebut.

“Kita bukan menolak Firanda datang ke Aceh. Supaya diketahui bahwa jika Firanda datang ke Aceh untuk melancong, ahlan wa sahlan, selamat datang, kita tidak mempermasalahkan,” katanya, seperti dikutip Tagar News.

Di lain pihak, Majelis Ulama Indonesia menyayangkan terjadinya insiden pengusiran Firanda di Aceh. Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat, Kiai Cholil Nafis, mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan hal-hal di luar hukum dan konstitusi. MUI juga meminta agar para penceramah mengedepankan pluralitas beragama dan keorganisasian.

“Dakwah itu bukan hanya menyampaikan kebenaran. Ada metode dan medianya. Harus disesuaikan dengan kearifan lokal,” kata Cholil.

Oleh karena itu, dia berpesan, kejadian tersebut menjadi  bahan evaluasi agar lebih santun dan beradab. Dia juga mengatakan agar Firanda lebih selektif dalam menyampaikan ceramah agar tidak ada kelompok yang tersinggung oleh pernyataannya.(hsn)