Menyoal Bid’ah Kaum Gegabah

    Bid’ah Kaum Gegabah
    Gambar ilustrasi

    Penulis: Umar Husain

    Peribahasa “Buruk Muka Cermin Dibelah” adalah ungkapan bagi seseorang yang menyalahkan keadaannya yang buruk kepada orang lain, tidak mau mengakui kesalahan atau kelemahan sendiri. Lalu, menyalahkan orang atau hal lain meskipun sebenarnya dia sendiri yang salah atau bodoh.

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gegabah adalah terlampau berani sehingga mengakibatkan kurang hati-hati (tentang sikap, tindakan, perbuatan). Sikap ini melekat pada segelintir orang yang mengaku umat Islam, namun kerap menuding muslimin sebagai pelaku bid’ah. Penulis menyebut kelompok ini sebagai kaum gegabah.

    Entah disadari atau karena ‘khilaf’, kaum gegabah ini juga melakukan bid’ah setiap hari. Menjadi ironis saat melempar tudingan namun juga melakukan hal serupa.

    Dalam berbagai literatur, diungkapkan bahwa para sahabat Nabi Muhammad Saw melakukan perbuatan yang tergolong bid’ah. Namun, ulama sedunia bersepakat bahwa bid’ah yang dilakukan para sahabat itu tergolong bid’ah hasanah (bid’ah yang baik).

    مَنْ سَنَّ فِى اْلاِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ غَيْرِ اَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا

    Arti:

    Siapa yang memberikan contoh perbuatan baik dalam Islam maka ia akan mendapatkan pahala orang yang turut mengerjakannya dengan tidak mengurangi dari pahala mereka sedikit pun. (HR Muslim).

    Berikut sederet bid’ah yang masih berlangsung sampai sekarang:

    Lafal Azan

    Penambahan atau pengurangan lafal azan terjadi pada masa Rasulullah Saw. Penambahan lafal ‘ash-sholatu khoirum minan naum’ pada adzan subuh bermula dari inisiatif Sahabat Bilal.

    Imam al-Bayhaqi dalam kitab al-Sunan menyebutkan beberapa riwayat dari Ibnu Umar, Ali bin al-Husain dan Bilal RA dengan penambahan lafal ‘hayya `alâ khairil `amal’ (mari melakukan amal terbaik) setelah hay`alatayni . (Sunan al-Bayhaqi, 1/424). Redaksi ini tidak bersumber dari Rasulullah, melainkan inisiatif mereka. (Republika, “Apakah Boleh Menambah dan atau Mengurangi Lafal Adzan?”, Nashih Nashrullah, 8 Desember 2020)

    Imam Bukhari juga meriwatkan dalam kitab Shahih-nya bahwa Khalifah Utsman ibn Affan juga menambah azan untuk hari Jumat menjadi dua kali.

    Salat Tarawih

    Banyak riwayat yang menyebut mula-mula salat tarawih dilakukan secara berjamaah adalah pada masa Khalifah Umar ibn Khattab. Tatkala melihat orang-orang itu berkumpul untuk shalat tarawih berjamaah, dia berkata: “Sebaik-baik bid’ah adalah ini”.

    Pembukuan Al Qur’an

    Upaya kodefikasi atau penyusunan Al Quran menjadi kitab seperti yang dibaca umat Islam sekarang dimulai pada era Khalifah Abi Bakar Ash-Shidiq. Upaya itu kemudian berlanjut hingga era Khalifah ketiga, yakni Utsman ibn Affan hingga mushaf Al Quran juga sering disebut sebagai mushaf Utsmani. (NUOnline, “Praktik Bid’ah Hasanah para Sahabat Setelah Rasulullah Wafat”, Dr. Oemar Abdallah Kemel, ulama Mesir kelahiran Makkah al-Mukarromah dikutip dari karyanya “Kalimatun Hadi’ah fil Bid’ah” yang diterjemahkan oleh PP Lakpesdam NU dengan judul “Kenapa Takut Bid’ah?”, 24 Juni 2008).(hsn)