
5NEWS.CO.ID,- Dikisahkan, sejumlah petani penemu ksatria terakota mengalami nasib sial dan mengenaskan. Di balik fenomenalnya temuan benda purbakala terbesar abad 20 tersebut, terselip kisah sedih nan pilu didalamnya.
Wang Puzhi menderita sakit parah. Terjerat kemiskinan membuatnya tak mampu berobat ke dokter atau sekedar membeli obat. Saat seluruh keluarganya tak berada di rumah, seketika ia mengakhiri hidup dengan melilitkan tali tambang di leher! Meninggal di usia 60 tahun.
Tiga tahun pasca Wang bunuh diri pada tahun 1997, dua penggali sumur termuda yakni Yang Wenhai dan Yang Yanxin, dikabarkan menemui ajal. Lagi-lagi kefakiran menjadi faktor utama. Tak mempunyai pekerjaan dan sejumlah uang untuk berobat, sehingga dokter belum sempat mendiagnosa penyakit keduanya. Mereka meregang nyawa pada umur 50 tahun.
Tersisa 4 orang petani penggali sumur. Yang Quanyi, Yang Peiyan, Yang Zhifa dan Yang Xinman. Pada tahun 2005, mereka dipekerjakan otoritas dan “hanya” dibayar 1.000 yuan per bulan untuk menjaga toko suvenir resmi milik pemerintah. Plus memberi tanda tangan pada buku foto yang dijual bagi wisatawan museum terakota.
“Para pejabat dan pengusaha telah menghasilkan banyak uang dari para prajurit terakota, tetapi bukan Kami. Kami tak mendapat apa-apa dari penemuan itu,” ujar Yang Quanyi kepada South China Morning Post.
Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Pepatah tersebut rupanya juga menimpa seluruh penduduk desa Xiyang, lokasi ditemukannya Laskar Terakota. Mereka kehilangan mata pencaharian. Bahkan, lahan pertanian yang dipunyai telah diklaim sebagai milik pemerintah.
Sewenang-wenang! Rumah-rumah warga digusur dan diratakan dengan tanah. Sangat sedikit atau bahkan tanpa kompensasi ganti rugi dari otoritas. Lalu, diatasnya dibangun area museum dan toko suvenir. Desa mereka pun hilang dalam sekejap. Alih-alih mendapat keberuntungan. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sengsara dan menderita. Hingga kesemuanya merasa telah mendapat kutukan atas penemuan Terracotta Army! (h@n)