Masalah Pembelajaran Daring di Pati: Sulit Internet hingga Minim Kehadiran Siswa

Gambar ilustrasi

Pati, 5NEWS.CO.ID,- Sistem pembelajaran daring diterapkan di Pati, Jawa Tengah sejak pandemi Covid-19 berlangsung. Kelas daring dinilai paling aman bagi siswa sekolah untuk menghindari penularan virus corona. Namun demikian, sarana dan kondisi geografis menjadi kendala efektifitas sistem ini.

Sejumlah tenaga pengajar di wilayah selatan Kabupaten Pati, Jawa Tengah, mengeluhkan sulitnya akses internet. Para guru juga mempertanyakan kemampuan siswa menyerap materi pelajaran melalui sistem daring. Selain itu, secara umum tingkat kehadiran siswa saat sekolah daring juga rendah. Sejumlah siswa SMA negeri di Pati bahkan menyebut tingkat kehadiran siswa setiap harinya di bawah 60 persen.

Kepala Dinas Pendidikan Pati melalui Sekretaris Saryono menyatakan sistem pembelajaran tatap muka masih belum diperbolehkan di wilayah Kabupatem Pati. sekolah masih terus dievaluasi.

“Hingga saat ini, sekolah negeri maupun swasta masih belum boleh mengadakan (sekolah) tatap muka. Baik tingkat TK, SD, SMP, SMA/SMK, seluruhnya belum boleh menurut hasil rapat dengan Ketua Gugus Kabupaten itu belum boleh,” kata Saryono melalui percakapan telepon, Selasa (20/10/2020) siang.

Menurut Saryono, hingga kini pihaknya masih terus melakukan evaluasi terkait kendala-kendala yang muncul di lapangan. Ia menerangkan bahwa proses pembelajaran daring membutuhkan media dan sarana dalam pelaksanaannya.

“Baik itu internet, laptop, kemudian programnya sendiri seperti google classroom, pakai zoom atau media yang lain,” terangnya.

Sekaitan dengan akses internet, kata dia, Dinas Pendidikan Kabupaten Pati bekerjasama dengan Telkom untuk menyediakan kuota internet secara gratis bagi siswa dan guru SMP. Selain itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga sudah menyediakan kuota sebesar 10 dan 30 GB untuk mempermudah proses pembelajaran.

Saryono mengakui cukup banyak kendala yang muncul terkait pembelajaran daring. Selain penguasaan aplikasi dan akses internet, kesiapan para guru dalam menyampaikan materi melalui sistem daring juga menjadi kendala. Meskipun demikian, ia menilai sistem ini paling aman dibandingkan dengan sistem belajar tatap muka di masa pandemi.

“Lebih baik tidak sempurna daripada berisiko ada siswa yang sakit,” ujarnya.

Bagi siswa dan guru di lokasi yang sulit dijangkau, terangnya, para guru bisa melakukan inovasi seperti tugas-tugas yang diambil oleh orang tua siswa secara bertahap. Tugas-tugas literasi juga bisa diberikan untuk merangsang siswa lebih banyak membaca.(hsn)