
Pati, 5NEWS.CO.ID,- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati mengizinkan kembali dua Sekolah Menengah Pertama (SMP) menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) usai dihentikan selama sepekan menyusul hasil tes antigen sejumlah siswa yang menunjukkan hasil reaktif. SMP 3 Pati dan SMP 1 Winong kembali melanjutkan uji coba sekolah tatap muka pada hari Senin, tanggal 4 Oktober 2021, kemarin.
“Penghentian sementara pembelajaran tatap muka di SMP 1 Winong dan SMP 3 Pati untuk memastikan apakah mereka benar-benar positif COVID-19 atau tidak melalui tes swab PCR,” kata Bupati Pati Haryanto, Selasa (5/10/2021).
Menurut Haryanto, dari 13 siswa SMPN 1 Winong yang menjalani tes usap PCR hanya satu orang yang positif. Sedangkan di SMP 3, satu siswa yang positif berdasar tes antigen, hasil tes usap PCR-nya negatif. Ia pun mengingatkan, PTM di Pati masih bersifat uji coba.
Jika tidak ada temuan kasus baru, kata Haryanto, uji coba PTM akan dikembangkan secara bertahap. Ia juga menyebut siswa yang mengikuti PTM menjadi prioritas vaksinasi di sekolah.
Kasus COVID-19 di Sekolah
Kasus COVID-19 di sekolah ditemukan saat siswa SMP menjalani rapid tes antigen pada Senin (27/9/2021). Hasilnya, 13 kasus reaktif ditemukan di SMP 1 Winong dan 1 kasus di SMP 3 Pati. Kegiatan PTM akhirnya dihentikan sementara, sedangkan siswa yang reaktif diwajibkan isolasi.
Meskipun demikian, Satgas Penanganan COVID-19 tetap memperbolehkan sekolah lain melanjutkan uji coba PTM dengan protokol kesehatan secara ketat.
“Adanya kasus Covid-19 pada uji coba PTM di SMP N 1 Winong. Pada saat mau masuk dan setelah uji coba kan kita swab antigen, ternyata dari 190-an yang diswab ada reaktif 13,” kata Haryanto saat monitoring di SMP 1 Winong, Selasa (28/9).
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pati, Winarto menepis anggapan bahwa PTM menjadi sebab munculnya klaster baru. Menurut Winarto, persiapan PTM di SMP Negeri sudah maksimal sesuai protokol kesehatan. Hingga kini, 44 SMP di Kabupaten Pati sudah mulai melakukan uji coba PTM secara bertahap.
Winarto juga meminta orang tua tidak mengkhawatirkan putra-putrinya. Menurut dia, kegiatan PTM di setiap sekolah dipantau secara ketat.
”Saat ini, tengah dilakukan tracking untuk keluarga murid yang bersangkutan. Supaya penyebab murid tersebut hasil swabnya reaktif bisa diketahui,” katanya.
Mulanya, 44 sekolah di wilayah Kabupaten Pati mulai menggelar uji coba PTM secara terbatas sejak Senin, tanggal 6 September 2021 lalu. 44 sekolah tersebut, terdiri dari 22 Sekolah Dasar (SD) dan 22 SMP. Seiring dengan penurunan level PPKM, khususnya di Jawa Tengah, terpantau 64 SD dan 43 SMP di 21 kecamatan di Pati yang kini menggelar uji coba PTM.
PTM Prematur?
Sejumlah kalangan menilai kondisi penanganan COVID-19 hingga kini masih belum memenuhi syarat untuk memulai PTM. Relawan LaporCovid-19 juga menilai gelaran sekolah tatap muka pada kondisi sekarang sebagai langkah prematur. LaporCovid-19 pun membeberkan sejumlah alasan, dari rendahnya angka vaksinasi untuk pelajar hingga potensi kematian anak.
Relawan LaporCovid-19, Natasha Devanand, mengatakan tingkat vaksinasi masih sangat rendah di kalangan pelajar. Hingga 2 Oktober 2021, capaian vaksinasi pelajar dengan usia 12-17 tahun baru 14,71 persen dosis pertama, dan 9,98 persen dosis kedua. Oleh sebab itu, ia menganggap kegiatan PTM seharusnya belum saatnya dilakukan.
“Pelaksanaan PTM juga rentan untuk anak di bawah 12 tahun karena mereka masuk ke dalam kelompok yang belum boleh divaksin,” kata Natasha dalam acara Konferensi Pers betema “Pembukaan Sekolah Pertaruhkan Keselamatan Anak”, Minggu, (3/9/2021).
Berdasarkan data sejak 22 September, ungkap Natasha, guru yang memperoleh vaksin dosis pertama baru sekitar 62 persen dan dosis kedua 38 persen. Angka ini menunjukkan tingkat vaksinasi masih sangat rendah di kalangan tenaga pengajar.
Selanjutnya, relawan LaporCovid-19 itu juga menyangsikan keabsahan angka positif rate versi pemerintah. Natasha menyebut, pemerintah masih menyertakan kasus berdasarkan rapid antigen dalam penghitungan positivity rate. Seharusnya, perbandingan kasus positif dengan jumlah orang yang diperiksa dihitung berdasarkan hasil tes PCR saja.
“Perlu dipertanyakan kenapa rendah. Karena menyertakan hasil antigen, harusnya dihitung berdasarkan PCR, bukan antigen. Kalau PCR saja angkanya 16 persen,” ungkap Natasha.
Dilema PTM
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mengaku serba salah saat memutuskan kebijakan terkait PTM. Nadiem merasa tetap dipersalahkan, baik sekolah ditutup ataupun dibuka. Ia lalu memutuskan untuk membuka kembalo sekolah yang selama ini tutup akibat pagebluk.
“Tutup sekolah kan saya disalahkan, buka sekolah saya disalahkan. Enggak apa-apa. Sudah biasa namanya pengorbanan lah,” kata Nadiem dalam acara Bangkit Bareng di YouTube, Selasa (28/9/2021).
Nadiem juga mengklaim sekitar 80-85 persen masyarakat menginginkan sekolah dibuka kembali. Pelaksanaan PTM, kata dia, juga sudah dituangkan dalam SKB 4 menteri.
Dampak Negatif PJJ
Sebelumnya, Mendikbudristek merilis temuan selama satu tahun berlangsungnya sekolah daring. Catatan tersebut disarikan dari diskusi bertajuk “Bersiap Menghadapi Pembelajaran Tatap Muka Terbatas” di Bogor, pada Sabtu (17/4/2021) lalu.
Menurut catatan yang dirilis Kemdikbudristek, dampak negatif PJJ, antara lain:
- Anak didik yang tidak bisa menyerap mata pelajaran dengan baik dikarenakan belum terbiasa mengikuti pembelajaran daring menggunakan aplikasi Zoom.
- Minimnya pengawasan dan dukungan orang tua terhadap anak.
- Banyak siswa yang menggunakan waktu belajar untuk bermalas malasan dan enggan mengerjakan tugas dari guru, terutama pada jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA.
- Jaringan internet yang buruk, terutama di daerah terluar dan tertinggal.
- Siswa tidak memilki HP hingga harus menggunakan gadget milik orang lain.
- Hubungan batin antar siswa dan siswa-guru dingin karena tidak pernah bertatap muka.
- Anak Putus Sekolah (APS) meningkat.(hsn)