
Jakarta, 5NEWS.CO.ID, – Untuk pertama kalinya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makariem menghadiri upacara HUT PGRI ke-74 dan Hari Guru Nasional. Tema yang diambil adalah Peran Strategis Guru dalam Mewujudkan SDM Indonesia Unggul.
Upacara tersebut dihadiri oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan ( Menko PMK) Muhadjir Effendi, Mendikbud 1993-1998 Wardiman Djoyonegoro, Mendikbud 2004-2009 Bambang Sudibyo dan Wamendikbud 2011-2014 Musliar Kasim.
Mendikbud Nadiem Makarim menyampaikan pesan kepada semua guru melalui pesan rekaman video pada Hari Guru. Rekaman ditampilkan di layar besar yang disediakan oleh pihak panitia.
Nadiem mengatakan bahwa naskah pidatonya sudah beredar luas. Ia tidak ingin mengulang pidatonya lagi pada hari ini.
“Saya yakin bapak dan ibu banyak yang sudah membaca naskah pidato Hari Guru Nasional sehingga saya tidak menggulang di upacara hari ini,” jelas Nadiem, Senin (24/11/2019).
Dalam sambutannya Nadiem meminta maaf lantaran pidatonya sedikit berbeda dengan pidato menteri-menteri sebelumnya.
“Biasanya tradisi Hari Guru dipenuhi oleh kata-kata inspiratif dan erotik. Mohon maaf, tetapi hari ini pidato saya akan sedikit berbeda. Saya ingin berbicara apa adanya dengan hati yang tulus kepada semua guru di Indonesia dari Sabang sampai Merauke,” ujar Nadiem.
Nadiem Makarim berbicara mengenai tugas mulia menjadi seorang guru meski juga yang tersulit.
“Anda ditugasi untuk membentuk masa depan bangsa, tetapi lebih sering diberi aturan dibandingkan dengan pertolongan,” lanjutnya.
Nadiem menambahkan para guru sebenarnya sangat ingin membantu murid-murid yang mengalami ketertinggalan di kelas. Namun apa daya, waktu sang guru habis terbuang mengerjakan tugas administrastif tanpa manfaat yang jelas.
“Anda tahu betul bahwa potensi anak tidak dapat diukur dari hasil ujian, tetapi terpaksa mengejar angka karena didesak berbagai pemangku kepentingan,” kata Nadiem.
Nadiem mengakui bahwa guru ingin berinovasi namun sulit untuk dilakukan, guru mulai berinovasi tanpa menunggu perintah dan guru ingin agar anak didiknya belajar di dunia sekitar namun kurikulum yang padat menutup pintu belakang.
“Apapun perubahan kecil itu jika setiap guru melakukannya secara serentak kapal besar yang bernama Indonesia ini akan bergerak,” pungkasnya. (end)