
Penulis: Andre Vltchek
Editor: Umar Husain
Pada Mei 2018, di Indonesia, sejumlah anggota kelompok teroris terlarang melakukan kerusuhan di penjara, menyandera, kemudian secara brutal membunuh penjaga penjara. Setelah itu, beberapa ledakan mengguncang Jawa Timur. Gereja-gereja dan kantor-kantor polisi diledakkan. Korban pun berjatuhan.
Pembunuh itu menggunakan anggota keluarga mereka, termasuk anak-anak, untuk melakukan serangan. Mereka yang bertanggung jawab atas serangan itu diilhami oleh warga Indonesia yang bergabung dengan para teroris di Suriah.
Teroris asal Indonesia banyak yang ikut bertempur di Suriah dan sekarang telah kembali ke negara asalnya. Keberadaan mereka meracuni warga negara yang lain. Hal yang sama juga terjadi di masa lalu, saat kader jihad Indonesia ikut berperang melawan pemerintah pro-Soviet di Afghanistan. Mereka kemudian kembali dan menewaskan ribuan orang di Poso, Ambon dan bagian lain di Indonesia.
Sekarang teroris Indonesia menjadi terkenal di dunia, mereka diperkenalkan sebagai ‘bala tentara’ Barat di Afghanistan, Suriah, Filipina, dan wilayah lainnya.
Pengaruh mereka di negaranya juga meningkat. Rapat dibubarkan, peserta dipukuli, dan bahkan wakil rakyat (anggota parlemen) diintimidasi, dituduh sebagai “komunis”, di negara di mana Komunisme masih dilarang oleh rezim.
Gubernur Jakarta yang progresif dan sangat populer, Ahok, untuk pertama kalinya kalah dalam pemilihan. Dia kemudian diadili dan dijebloskan ke penjara karena “menghina Islam”. Sebuah tuduhan yang jelas-jelas dikarang. Dosa utamanya – membersihkan sungai-sungai di Jakarta yang tercemar, membangun jaringan transportasi umum, dan meningkatkan kehidupan masyarakat umum. Itu jelas ‘tidak Islami’, setidaknya dari sudut pandang Wahabi dan rezim dukungan Barat.
Islam radikal Indonesia sekarang ditakuti. Semakin tak tertandingii dan semakin kuat. Hampir-hampir tidak ada yang berani mengkritiknya secara terbuka. Jika hal itu terjadi, mereka segera ‘membanjiri’ dan menekan pengkritiknya.
Di Barat ‘kebenaran politik’ digunakan. Mereka hanya menilai ‘tidak sopan’ untuk mengkritik Indonesia atau bentuk ‘Islam’ Saudi. Barat beralasan demi ‘menghormati’ penduduk dan ‘budaya’ mereka. Pada kenyataannya, bukan penduduk Saudi atau Indonesia yang ‘dilindungi’,melainkan Barat dan kebijakan imperialisnya. Juga kebijakan manipulatif yang digunakannya terhadap rakyat dan agama umat Muslim.
Sementara paham Wahabi atau Islam versi Barat semakin menguat, yang tersisa dari hutan Indonesia adalah dari abu dari sisa-sisa kayu yang terbakar. Negara ini benar-benar dijarah oleh perusahaan multi-nasional Barat dan para elit korup lokalnya.(bersambung…)
Catatan:
Andre Vltchek adalah seorang filsuf, novelis, pembuat film, dan jurnalis investigatif. Dia telah meliput perang dan konflik di puluhan negara. Tiga dari buku terbarunya adalah upeti untuk “Revolusi Sosialis Besar Oktober” sebuah novel revolusioner “Aurora” dan sebuah karya non-fiksi politik terlaris: ” Mengungkap Lies Of The Empire “. Lihat buku-bukunya yang lain di sini . Saksikan Rwanda Gambit , film dokumenter pertamanya tentang Rwanda dan DRCongo dan film / dialognya dengan Noam Chomsky “On Western Terrorism” . Vltchek saat ini tinggal di Asia Timur dan Timur Tengah, dan terus bekerja di seluruh dunia.
Tulisan ini pertama kali diterbitkan oleh Global Research pada 27 Mei 2018.