Konflik Palestina Israel Bukan Konflik Agama

Bandung, 5NEWS.CO.ID,- Konflik yang terjadi antara bangsa Palestina dengan Israel bukan konflik agama. Kitab suci diturunkan untuk membangun keimanan umat dan bukan bertujuan politis.

Simak juga:
Dina Sulaeman: Solusi Awal Masalah Palestina adalah Solidaritas

Felix Irianto, pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Bandung Barat mengatakan, narasi yang dibangun bahwa konflik Palestina Israel telah disebutkan dalam AlKitab masih menjadi perdebatan.

“Mengaitkan politik dengan Al Kitab terus menerus dilakukan.  Namun hal itu adalah klaim yang bisa diperdebatkan. Bukan saja dari kalangan Katolik, bahkan rabi-rabi Yahudi juga menganggap hal tersebut tidak benar,” kata Felix, saat berbicara dalam acara Talkshow bertemakan ‘Returning to Haifa, Pemuda Bisa Apa untuk Palestina’, di Hotel Aston, Cihampelas Bandung, Jawa Barat, Sabtu (25/5/2019) sore.

Simak juga:
Membantu Palestina Meraih Kemerdekaan adalah Hutang Indonesia

Dia menambahkan, kitab suci diturunkan untuk membangun keimanan umat manusia dan bukan untuk tujuan politis. Cerita Abraham, kata Felix, adalah sebuah perjalanan panjang seorang manusia dalam mencari keimanan. Cerita itu tidak terkait apapun dengan politik.

Menurut dia, anggapan bahwa bangsa israel merupakan bangsa yang dijanjikan adalah anggapan yang tidak masuk akal. Aktivis Katolik itu juga menganggap bahwa bangsa Indonesia lebih terpilih dibandingkan Israel jika dilihat dari kondisi geografis masing-masing.

 “Israel adalah bangsa yang dijanjikan itu enggak masuk akal. Indonesia lebih terpilih dibanding Israel,” ujarnya.

Pengurus FKUB Bandung itu menerangkan, Indonesia diberkati dengan tanah yang subur dan air berlimpah. Berbeda dengan kondisi di wilayah Timur Tengah yang tandus dan gersang

 “Di kitab suci disebutkan sungai Yordan tempat Yesus dibaptis kadang ada airnya kadang tidak. Yesus dibaptis disana dengan cara ditenggelamkan, artinya sungai itu tidak dalam,” lanjut Felix

Kawasan disekitar sungai tempat Yesus di baptis itu disebut sebagai kawasan yang subur. Felix menganggap kesuburan yang dimaksud itu sebagai relatif,dibandingkan dengan gurun pasir yang mengelilingi kawasan tersebut.

“Untung Zionis enggak kenal Indonesia waktu itu,” selorohnya.

“Pembelaan Paus dan umat Katolik pada Palestina adalah sesuai dengan ajaran Yesus, yaitu selalu membela orang yang lemah,” tandas Felix.

Pembicara lain, Miftah F Rakhmat,juga mengungkapkan hal yang sama. Dia mengatakan konflik Palestina Israel sering kali dikaitkan dengan agama. Padahal, menurut dia, kerukunan agama terjalin dengan baik di Palestina sebelum Zionis datang.

Miftah sempat bercerita pertemuannya dengan sejumlah pemuda pengungsi Palestina di perbatasan Yordania. Dia menggambarkan bagaimana kegembiraan para pemuda itu saat mengetahui dirinya adalah orang Indonesia.

Mereka mengatakan kepada Miftah bahwa guru-guru mereka sering menyebut agar Palestina belajar dari bangsa Indonesia bagaimana cara bertahan selama 350 tahun dijajah dan menang.

“Dalam Piagam Madinah yang sering disebut-sebut sebagai konstitusi negara Islam pertama, ada sebuah kata yang banyak diulang. Ada yang tahu?” kata Miftah sambil melontarkan pertanyaan kepada hadirin.

 Miftah mengungkapkan, kata yang dimaksud adalah ’ala rib’atihim’ yang artinya menjamin kebebasan beragama. Piagam Madinah merupakan perjanjian antara Nabi Muhammad SAW dengan kelompok-kelompok lain, seperti kaum Nasrani dari suku ini dan yang lain. Kata itu dalam bahasa arab berarti sebagaimana sebelumnya atau sebagaimana biasanya.

“Sebagaimana keadaan sebelumnya, atau sebelum Islam datang,” jelasnya.

Miftah menegaskan bahwa sepanjang perjalannya, agama tidak pernah menjadi penyebab konflik. Islam juga datang dengan membawa perdamaian dan menghormati kerukunan antar umat beragama. Hal itu, kata Miftah, dibuktikan dengan isi Piagam Madinah.(mad)