Kesulitan Keuangan, Keuskupan Agung Boston Tutup Sejumlah Sekolah Katholik

Gambar ilustrasi, foto by google image

Washington, 5NEWS.CO.ID,- Keuskupan Agung Boston, Amerika Serikat (AS) menutup sejumlah sekolah Katholik dengan alasan kesulitan keuangan.

Santo Fransiskus Assisi di Braintree, Boston, Massachusetts merupakan satu dari enam sekolah yang ditutup usai mengutip bantuan terkait pandemi Covid-19 seperti dilansir VOA Indonesia, Senin (15/2/2021).

Sejumlah keluarga yang anak-anaknya bersekolah di tempat tersebut, seperti Jeanine Waterman merasa kaget. Mereka sangat kecewa, kesal bahkan marah ketika mengetahui sekolah-sekolah Katholik ditutup dengan alasan kesulitan keuangan.

Padahal, Keuskupan Agung baru saja menerima bantuan dari pemerintah sebesar US$ 210 ribu untuk mengatasai imbas pandemi virus corona, walaupun mempunyai dana cadangan dalam jumlah besar yaitu US$ 200 ribu.

“Saya kecewa karena sekolah tidak bilang apa-apa. Mereka tidak memberitahu pihak orang tua bahwa sekolah dalam kesulitan keuangan,” kata salah satu orang tua siswa.  

Para orang tua siswa berharap agar anak-anak mereka masih bisa duduk di bangku sekolah Katholik. Diketahui seluruh Amerika, keuskupan Katholik menerima bantuan dari uang rakyat melalui Paycheck Protektion Program (PPP) atau Program Perlindungan Gaji menerima lebih dari US$ 10 milyar dalam bentuk tunai, investasi panjang atau dana lain untuk mengatasi imbas pandemi.

Sementara Romo James Connell yang merupakan pakar hukum gereja di Keuskupan Agung Milwaukee dan mantan akuntan mempertanyakan bantuan keuangan tersebut.

“Menurut saya gereja katholik bukanlah usaha kecil. Ini bukan usaha kecil dan Gereja Katholik bukanlah kumpulan bisnis kecil Masing-masing paroki, paroki lokal bukanlah entitas yang berdiri sendiri,” ucap Romo James Connell.

Sumber keuangan keuskupan dikelola oleh para uskup dan kardinal, menyamai atau melampaui yang tersedia bagi bisnis publik. Seperti Shake Shack dan Ruth’s Chris Steakhouse. Namun kedua bisnis ini menuai kemarahan masyarakat musim semi tahun lalu.

Menurut Connell, gereja yang menerima bantuan milyaran dollar seharusnya mengembalikan uang itu. Namun, para pemimpin Katholik mengatakan uang itu dibutuhkan untuk membayar gaji para pegawai di paroki dan sekolah. Selain itu tanpa bantuan tersebut mereka harus membatasi misi amal, sementara permintaan akan layanan sosial terus meningkat. (sari)