
Semarang, 5NEWS.CO.ID,- Jelang lebaran di Provinsi Jawa Tengah sejumlah klaster baru penyebaran Covid-19 muncul. Hal ini disebabkan sebagian masyarakat masih tidak menerapkan protokol kesehatan sesuai yang dianjurkan oleh pemerintah.
Seperti yang terjadi di Semarang sebanyak 25 orang warga Kelurahan Sampangan, Kecamatan Gajah Mungkur terinfeksi positif virus corona, setelah mengikuti acara takziah di Kabupaten Temanggung.
Lurah Sampangan, Supono mengatakan kejadiannya sekitar seminggu yang lalu, salah satu warga yang ikut rombongan takziah terpapar positif virus corona. Kemudian dilakukan tes swab dan hasilnya 25 warga Rt 12 Rw 1 positif Covid-19.
Supono merasa kaget dengan hasil tes tersebut, ia tidak menyangka karena selama ini wilayahnya terkenal adem ayem.
“Ini baru pertama kalinya terjadi di Sampangan. Saya saja kaget ketika banyak warga yang kena corona. Soalnya selama ini nggak ada satupun kasus yang muncul di wilayah Sampangan,” ujar Supono melansir dari IDN Times, Kamis (22/4/2021).
Bersama Satgas Covid-19 dan pihak Puskesmas, mereka menyemprotkan cairan disinfektan dan me-lockdown kampung tersebut guna mengantisipasi merebaknya virus corona.
Di wilayah Kabupaten Pati, sebanyak 37 orang dinyatakan positif virus corona usai menghadiri acara manaqib yang diakhiri makan bersama-sama di Desa Suryokalangan, Gabus.
Bupati Pati Haryanto membenarkannya, ia mengatakan pemilik rumah baru saja datang dari Jakarta dan menggelar acara manaqib. Tanpa disadari si tuan rumah sudah berpotensi positif virus corona.
“Benar dan kejadiannya beberapa hari lalu. Acara yang digelar berupa manaqib dan diakhiri dengan makan bersama nasi bancakan. Tuan rumah baru pulang dari Jakarta,namun tanpa disadari positif Covid-19,” ujar Haryanto, Rabu (21/4/2021).
Sehingga Dinkes Kabupaten Pati segera melakukan tracing pada puluhan warga desa yang datang diacara tersebut, hasilnya 37 orang positif Covid-19.
Mereka segera diminta petugas untuk melakukan isolai mandiri dirumah masing-masing dan mendapatkan pengawasan dari tenaga medis karena berstatus tak bergejala.
Selanjutnya di Kabupaten Banyumas klaster jemaah tarawih muncul di Desa Pekaja, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Kasus ini berawal salah satu jemaah mengeluh sakit, namun ia tetap menjalankan ibadah tarawih di masjid.
“Namun setelah kehilangan indra penciuman, jemaah tersebut lapor ke Satgas yang kemudian ditindak lanjuti oleh Puskesmas dan hasilnya positif Covid-19,” kata Ketua Satgas Covid-19 Desa Pekaja Andri Yulianto melansir kompas.com, Jumat (30/4/2021).
Kemudian, Puskesmas setempat melakukan tes swab massal dalam tiga gelombang dan hasilnya 45 orang terpapar positif virus corona.
Sementara di Desa Tanggeran, Kecamatan Somagede terdapat 7 orang positif virus corona. Kini total warga yang terpapar positif virus corona di Banyumas berjumlah 52 orang.
Pondok Pesantren di Tegal menjadi klaster baru penyebaran Covid-19. Kasus ini berawal salah satu santri meminta izin untuk pulang, setelah kembali lagi ke ponpes ia mengeluh sakit sesak nafas, demam dan batuk.
“Kemudian dilakukan tes swab dan hasilnya 13 santri positif virus corona dari 78 orang yang di swab. Terdiri dari 11 santri dan 2 guru. Saat ini mereka sedang isolasi di Rusunawa Tegalsari dan sementara ponpes ditutup,” jelas Kepala Dinas Kesehatan Kota Tegal dr Sri Primawati Indraswari dilansir dari Pantura Post, Jumat (30/4).
Di Purbalingga, dua klaster baru penyebaran Covid-19 muncul yaitu di Pondok Pesantren dan tilik bayi. Pada kasus ponpes di Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga sebanyak 25 santri terinfeksi positif virus corona.
Ini berawal dari siswa yang akan melakukan skrining dan tes antigen untuk persiapan PTM. Setelah dilakukan tes, hasilnya 3 santri dari Desa Majasari positif virus corona.
Kepala Dinas Kesehatan Purbalingga Hanung Wikantono mengatakan pihaknya segera melakukan tracing dan testing ke 99 orang yang kontak erat dan hasilnya 25 santri positif Covid-19.
Selain itu sebanyak 18 orang terkonfirmasi positif virus corona, mereka berasal dari klaster tilik bayi. Kasus ini berawal warga Desa Tanalum, Kecamatan Rembang, Purbalingga yang baru pulang pengajian di Pekalongan.
Warga tersebut memiliki bayi dan ditegok oleh warga sekitar. Dan diketahui warga itu positf Covid-19.
Tes dilakukan terhadap 25 orang, 7 negatif dan 18 positif Covid-19 termasuk ibu yang baru melahirkan bayi.
“Mereka menjalani karantina mandiri, satu orang dirujuk ke RSUD Goeteng Taroenadibrata,” kata Hanung.
Menurutnya klaster ini berpotensi meluas, karena orang-orang bersosialisasi bebas seperti shalat tarawih berjamaah. (sari)