
Baghdad, 5NEWS.CO.ID,- Memang sampai nanti, tak ada alasan yang dapat menyangkal akan kelebihan minyak zaitun. Harga yang terjangkau dan berkualitas sangat bagus menjadi alasan ia sangat digemari diseluruh Irak.
Jalal Ilyas, mempertahankan pembuatan sabun dari minyak zaitun dengan cara tradisional. Merupakan bisnis keluarga yang dirasa akan hilang setelah Ia dipindahkan tahun 2014 lalu dari kampung halamannya, Bashiqa, Irak Utara.
Ribuan orang telah meninggalkan kotanya setelah terjadi konflik di kawasan itu. Diserang oleh ISIS dari tahun 2014 – 2017, menjadikan wilayah itu hancur.
“Ini adalah profesi yang kami warisi dan kami tidak boleh pergi. Mereka mencari nafkah dari itu dan itu tidak boleh ditinggalkan. Sebelumnya, dahulu ada 30 orang di daerah ini yang membuka bisnis sabun. Mereka mengekspornya. Dan mereka mengirimkannya melalui jalur Karawantchy, dengan pelancong ke bagian utara negara itu,” terang Ilyas.
Ia mencampur minyak zaitun dengan bahan – bahan lain. Merebusnya ke dalam panci besar hingga berubah menjadi elemen kental, meremas dan membiarkannya mengering selama 12 jam. Lalu dipotong menjadi cetakan kecil – kecil.
Hasil produksinya mencapai 100 – 150 kg sabun per hari, antara April hingga Oktober setiap tahun. Dengan harga 1250 dinar Irak atau setara Rp 14.000 per potong, sabun dijual di desa – desa dan kota – kota tetangga. Bahkan pemasarannya sampai ke Baghdad.
Ibrahim Haji, salah satu pemilik toko di Dohuk mengatakan, “Itu semua tergantung pada kualitas sabun. Kami memiliki sabun Aleppo. Dan ada juga sabun Bashiqa, yang merupakan sabun terbaik. Tetapi kami hanya menerima satu kiriman saja, kami menggunakannya dan ternyata itu sangat bagus, tetapi kemudian mereka berhenti mengirimkannya. Kami ingin mendorong mereka untuk memiliki pabrik, sehingga mereka dapat memproduksi sabun dalam berbagai jenis”.
Kini, perlahan – perlahan warga Bashiqa telah kembali setelah sekian waktu berhijrah. Bagi seorang Jalal Ilyas, itu adalah momen yang benar – benar telah “kembali”. (h@n)