
LONDON, 5NEWS.CO.ID,- Periode Maret hingga Mei 2020, mayoritas penduduk bumi beraktivitas di dalam rumah. Gemuruh segala moda transportasi, mesin-mesin pabrik, hiruk pikuk orang di semua aspek sedang beristirahat. Seolah-olah “tertidur”. Pandemi memang telah mengubah segalanya!
Pakar seismologi dari Inggris dan Belgia bekerja sama mengukur data dari jaringan global 268 stasiun seismik yang tersebar di-117 negara. Alhasil, data seismik getar suara yang dihasilkan menunjukkan penurunan sangat drastis hingga 50%. Getaran bunyi diteliti sejak akhir Januari saat lockdown di Wuhan, lalu menjalar di Eropa dan menginvasi di seluruh negara.
“Dengan melihat ini, Kita paham apa yang berkontribusi terhadap suara seismik, dan menemukan model yang bisa digunakan untuk memprediksi di lima area berbeda. Dari situ bisa dihilangkan sinyal seismik secara real time untuk mendeteksi gempa bumi kecil contohnya, yang mungkin tidak dapat diantisipasi saat normal. Ketika bumi senyap, bisa ada sinyal tersembunyi yang muncul. Ini sangat penting, contohnya untuk mengerti bagaimana sinyal gempa bumi memberi dampak secara geologi terhadap jarak lempeng tektonik,” ungkap Stephen Hicks, Peneliti Imperial College London, Senin (3/8/20).
“Gambarannya adalah ketika berada di depan stadion penuh penonton konser. Ketika semua orang diam, lalu ada yang berkata “Hey”, semua pasti bisa mendengar. Namun ketika semua berbicara mustahil bisa mendengarnya. Jadi ini adalah sapaan “Hello” yang pelan dari Bumi. Kami mendengarnya selama periode hening ini,” terang Thomas Lecocq, Peneliti Royal Observatory Of Belgium.
Tak berhenti sampai di situ, para ahli terus berkolaborasi untuk mengetahui apakah penelitian tersebut berdampak pada lingkungan, termasuk atmosfer dan kehidupan alam liar.
“Tim menggunakan satelit untuk melihat komponen S02 dan N02. Sehingga bisa melihat perubahan kimiawi atmosfer yang sangat kuat dalam 3 bulan terakhir. Memang belum terjadi di semua tempat, tergantung perspektif Kami. Contohnya mereka masih melihat debu di udara dan tidak menghilang, karena tidak berkaitan dengan polusi lalu lintas, itu kelebihan alatnya. Jadi Kami menghubungkannya dengan observasi fisik di sekitar stasiun, hanya beberapa kilometer dari tiap stasiun. Namun, jika dilakukan ekstrasi dari observasi satelit, pasti bisa dibandingkan polusi udara dan gelombang seismik,” imbuh Lecocq. (h@n)