
Teheran, 5NEWS.CO.ID,- Tragedi mengerikan terjadi saat pesawat penumpang Iran Air dengan nomor penerbangan 655 ditembak jatuh. Seluruh penumpang yang terdiri dari 274 penumpang dan 16 kru meninggal dunia saat pesawat dihantam rudal darat ke udara dari kapal induk Amerika Serikat USS Vincennes pada 3 Juli tahun 1988 silam.
Baca Juga:
Televisi pemerintah Iran menayangkan siaran langsung saat keluarga korban memperingati tragedi tersebut dengan melemparkan bunga di Selat Hormuz, Rabu (3/7/2019) lalu. Kisah mengerikan itu masih bergema dan menjadi diskusi panjang sekaitan dengan Hak Asasi Manusia (HAM).
HAM merupakan ‘senjata andalan’ Amerika yang sering ia gunakan sebelum mencampuri urusan negara lain. Amerika telah melecehkan HAM bangsa Iran kemudian sengaja menginjak-injaknya dengan medali Legion of Merit.
Dua tahun setelah tragedi itu, pemerintah AS menganugerahi medali tanda jasa Legion of Merit kepada dua orang perwira Angkatan Laut yang bertugas di kapal USS Vincennes. Medali penghargaan diberikan kepada mantan kapten Vincennes Kapten Will Rogers III dan perwira senjata dan sistem tempur kapal Lt. Cmdr. Scott E. Lustig.
“Presiden Amerika Serikat dengan senang hati mempersembahkan Legion of Merit” – penghargaan masa damai tertinggi kedua angkatan bersenjata – “untuk perilaku yang sangat berjasa dalam kinerja layanan yang luar biasa sebagai komandan … dari April 1987 hingga Mei 1989.” Demikian bunyi kutipan pada medali mantan kapten Vincennes Kapten Will Rogers III.
Pemerintah AS berdalih bahwa awak USS Vincennes telah salah mengidentifikasi pesawat berjenis Airbus A300 sebagai pesawat tempur jenis F-14 Tomcat. Namun, para ahli menyatakan mustahil teknologi canggih di kapal USS Vincennes salah mengidentifikasi pesawat penumpang sejenis Airbus A300 dengan panjang 177 kaki dan menganggapnya sebagai pesawat tempur F-14 Tomcat yang memiliki panjang 62 kaki.
Pada tahun 1996, Mahkamah Internasional (ICJ) memenangkan gugatan pemerintah Iran kepada pemerintah Amerika Serikat sekaitan dengan kasus ini. Putusan itu di antaranya menyatakan Amerika Serikat harus mengakui insiden udara pada tanggal 3 Juli 1988 sebagai tragedi kemanusiaan mengerikan.
Mahkamah Internasional juga mengharuskan pemerintah AS meminta maaf secara resmi untuk menyatakan penyesalan mendalam atas hilangnya nyawa ratusan warga Iran termasuk puluhan anak-anak penumpang pesawat Iran Air 655.
Meskipun demikian, AS menolak kewajiban hukumnya untuk meminta maaf kepada Iran secara resmi. Wakil Presiden George HW Bush bahkan menyatakan, “Saya tidak akan pernah meminta maaf untuk Amerika Serikat, tidak peduli apapun faktanya…”.
AS juga setuju untuk membayar uang kompensasi sebesar US $ 61.800.000 sebagai kompensasi kepada keluarga korban. Uang senilai $ 61 juta tersebut disimpan dalam rekening bank Swiss yang dimiliki bersama oleh Federal Reserve New York dan Bank Sentral Iran dan belum pernah dicairkan sekalipun hingga sekarang.(hsn)