Gegar Otak dan Trauma Psikis, Habib Umar Assegaf Layangkan Surat Terbuka

Gegar Otak dan Trauma Psikis,  Habib Umar Assegaf Layangkan Surat Terbuka

Solo, 5NEWS.CO.ID,- Habib Umar Assegaf, korban kekerasan berlatar belakang intoleransi melayangkan surat terbuka kepada Kapolda dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah. Korban mengungkapkan kondisi kesehatan dan psikologisnya pasca insiden pengeroyokan yang terjadi di Mertodranan, Pasar Kliwon, Solo, Sabtu tanggal 8 Agustus 2020 lalu.

Dalam surat itu, Habib Umar menyampaikan rasa terima kasih kepada Kapolda dan Pemprov Jawa Tengah. Ia menyebut Polresta Surakarta telah mengamankan dan menyelamatkannya dari upaya provokasi, pengeroyokan dan pemukulan yang dilakukan oleh kelompok intoleran.

“Melalui surat ini saya, Habib Umar bin Abdillah Assegaf, ingin menyampaikan terima kasih kepada Pemprov dan Polda Jawa Tengah beserta jajarannya dan seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu atas perhatian dan respon adanya tindakan pengeroyokan, pengerusakan, penganiayaan yang dilakukan oleh gerombolan radikal/ laskar intoleran dengan membubarkan acara Midodareni dan Doa untuk Pernikahan di Pasar Kliwon, Solo,” bunyi surat terbuka yang diterima 5NEWS.CO.ID, Kamis (10/9/2020) pagi.

Kejadian pengeroyokan itu menjadi tekanan batin di dalam keluarga Habib Umar. Penyerangan yang terjadi saat acara Midodareni (doa sebelum pernikahan), telah mengubah sebuah momen yang seharusnya menjadi momen kebahagiaan menjadi tangisan. Akibat luka-luka yang dia derita, ia tak dapat menghadiri pernikahan putrinya karena harus dirawat di RS Indriyati, Sukoharjo.

Beberapa hari kemudian, korban kebrutalan gerombolan intoleran itu juga harus menjalani operasi sebanyak dua kali setelah hasil CT Scan menyatakan Habib Umar Assegaf mengalami gegar otak. Dalam suratnya, ia menyebut telah mengeluarkan dana yang cukup besar untuk biaya berobat yang membuatnya kesulitan secara finansial.

“Dan atas penanganan medis tersebut jelas mengeluarkan dana yang sangat besar sedangkan di satu sisi saya hanyalah seorang pekerja penghubung jual beli rumah sehingga sangat kesulitan dalam pencarian dana selama penaganan medis yang dijalankan,” ujar dia.

Habib Umar menyampaikan permohonan kepada Kapolda agar mengusut tuntas serta melakukan perlindungan keamanan kepadanya dan korban-korban lain selama proses kasus kekerasan intoleransi ini berjalan. Di akhir suratnya, ia berharap agar kasus intoleransi di Pasar Kliwon adalah kasus terakhir dan tidak pernah terjadi lagi di manapun di seluruh wilayah Indonesia.(hsn)