Gawai dan Media Sosial Bisa Merusak Nilai Luhur Budaya Jawa Tengah

Surakarta, 5NEWS.CO.ID, – Cepatnya perkembangan teknologi informasi, menurut Komisioner Bidang Kelembagaan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah Isdiyanto Isman, mampu meluluhlantahkan budaya dan nilai-nilai luhur yang ada di masyarakat.

Anak-anak sekarang atau anak milenial, sudah tidak ada lagi yang bermain engklek, congklak, bentengan, gobak sodor, egrang. “Atau mungkin banyak di antara mereka yang tak mengenal permainan tradisional yang sarat pesan moral dan kebersamaan itu,” katanya, mengutip laman Diskominfo Jateng

“Kalau ini dibiarkan terus menerus kita khawatir jika budaya kita akan punah berganti dengan budaya asing yang nggak cocok dengan karakter budaya kita,” ungkap Isdiyanto pada acara Media Gathering Lembaga Penyiaran, Surakarta (20/06/2019) kemarin.

Karakter masyarakat Jawa Tengah yang suka bergotong royong, guyub, rukun, saling menghargai, meskipun berbeda pendapat,tidak mudah marah dan tidak suka mengumpat, lama-lama bisa hilang akibat buruk penggunaan gawai dan informasi yang salah.

“Semangat kebersamaan terancam dengan jarangnya masyarakat berkumpul dan berinteraksi, karena anak-anak sudah jarang yang bermain bersama,” katanya.

Untuk menyiasati hal itu, lembaga penyiaran mempunyai peran yang strategis untuk menjaga budaya masyarakat dan akan menjadi garda terdepan dalam upaya nguri-uri budaya yang ada di Jawa Tengah.

‘‘Kita ingin mengangkat kearifan lokal melalui lembaga penyiaran, karena lembaga penyiaran punya peran yang luar biasa sebagai media massa, seperti media cetak, elektronik dan media online,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Tengah, Setyo Irawan mengingatkan, agar lembaga penyiaran terus mengedukasi masyarakat dengan membuat program yang menarik guna melawan dampak negatif media sosial.

“Selama ini kita kan fokus dengan berita-berita di media sosial yang lebih banyak berita negatifnya daripada positifnya. Sehingga berita-berita yang dari media mainstream seperti TV, radio, media cetak itu sangat dibutuhkan sebagai penetrasi terhadap berita-berita media sosial,” jelasnya. (mas)