Gagalnya Mesin Propaganda Israel

Warga Palestina melakukan operasi pencarian dan penyelamatan pasca serangan tentara Israel di kamp pengungsi Maghazi di Kota Gaza, Gaza pada 02 November 2023. Foto Anadolu

Penulis: Omer Carullah Sevim

Saat berbicara tentang perang di Ukraina, mantan Presiden AS George W. Bush salah bicara. Dia mengatakan “Keputusan seseorang untuk melancarkan invasi yang sangat tidak bisa dibenarkan dan brutal ke Irak… maksud saya, ke Ukraina,” kata Bush yang kemudian bercanda: “Bagaimanapun, Irak juga…”. Ini menggambarkan betapa entengnya mereka mengambil keputusan diambil yang mempengaruhi jutan orang.

Dua dekade lalu, AS mengklaim bahwa Saddam Hussain memiliki senjata pemusnah massal (WMD) di Irak yang sulit diverifikasi. Komunitas internasional menyetujui langkah invasi AS dengan pertimbangan bahwa intelijen AS dianggap lembaga paling kuat di dunia.

Usai invasi, Menteri Luar Negeri AS saat itu, Colin Powell, dengan tenang menyampaikan dalam sebuah pidatonya di PBB bahwa klaimnya yang tidak memiliki bukti. Butuh waktu bertahun-tahun baru kebohongan AS terungkap.

Kebohongan Israel

Saat ini, Duta Besar Israel untuk PBB tidak setenang Powell. Dia gusar lantaran komunitas internasional tidak menerima penyangkalannya atas jatuhnya korban warga sipil Gaza dalam jumlah besar. Gilad Erdan juga marah dengan kurangnya penerimaan terhadap narasi Israel tentang apa yang terjadi setelah 7 Oktober.

Jumlah korban versi Israel menuai penolakan karena kontradiksi dengan kebenaran yang tidak dapat diperbaiki. Selama tiga minggu terakhir, hasbara – propaganda Israel – telah terperosok dalam kekeliruan dan paradoks.

Misalnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menolak klaim Israel bahwa mereka telah memerintahkan evakuasi Rumah Sakit Al-Ahli sebelum dibom. WHO menggambarkan permintaan Israel untuk mengevakuasi rumah sakit sebagai “hukuman mati bagi orang sakit dan terluka.”

Pada saat yang sama, Human Rights Watch (HRW) melaporkan bahwa Israel menggunakan bom fosfor putih terhadap rumah sakit Palestina.

Dengan kata lain, pemboman yang dilakukan Israel terhadap sebuah rumah sakit adalah hal yang rutin, yang menegaskan pengabaian Negara Yahudi terhadap hak hidup manusia.

Pengeboman Al-Ahli dan pembantaian warga sipil yang sedang berlangsung oleh angkatan bersenjata Israel telah memicu kemarahan global.

Para pejabat Israel berusaha mengalihkan kesalahan tersebut, dengan menuduh kelompok perlawanan Palestina yang melakukan pemboman rumah sakit tersebut.

Sebuah rekaman dirilis seolah-olah rekaman itu kelompok perlawanan Palestina. Namun, ketika terbukti palsu, Israel menghapus postingan media sosial yang memuat rekaman itu dan mengunggah versi baru.

Ini bukan satu-satunya postingan yang kemudian dihapus oleh pejabat Israel .

Para pengamat mengetahui bahwa organisasi perlawanan Palestina tidak memiliki bom dengan kekuatan sebesar itu. Bukti selanjutnya menunjukkan justru Israel yang melakukan serangan terhadap rumah sakit tersebut.

Namun demikian, media arus utama terkemuka di Barat mengubah narasi dan menerbitkan laporan yang membenarkan pembunuhan warga sipil. Upaya-upaya ini bagian dari propaganda Israel.

Akun X resmi Benjamin Netanyahu memposting video yang menunjukkan fasilitas Hamas di bawah kompleks medis terbesar di Gaza, Rumah Sakit Al-Shifa.

Satu-satunya bukti dalam video ini adalah beberapa animasi yang diproduksi oleh desainer grafis Israel. Ini adalah upaya terang-terangan untuk melegitimasi serangan terhadap rumah sakit.

Sebelum semua ini, tentu saja kita mendengar klaim tentang 40 bayi yang dipenggal oleh Hamas. Presiden AS Joe Biden mengulangi klaim ini, meskipun Gedung Putih kemudian mencabut pernyataan tersebut.

Selain tidak dihadirkan bukti konkrit, pejabat militer Israel sendiri membantahnya . Namun, para pejabat Israel kemudian mengulangi klaim tersebut tanpa malu-malu.

Selain itu, meskipun ada pemadaman listrik di media arus utama dan sensor di media sosial, setiap hari dunia menyaksikan tayangan anak-anak yang dibantai dan warga sipil tak berdosa lainnya.

Untuk mengaburkan kebenaran, presiden AS kemudian menyatakan bahwa data Kementerian Kesehatan Gaza tidak dapat diandalkan karena merupakan kementerian yang dikelola Hamas.

Gedung Putih berharap dunia meragukan sumber informasi jumlah korban. Sebagai tanggapan, kementerian tersebut merilis daftar semua nama warga Palestina yang terbunuh oleh bom Israel dalam rangkaian pembantaiannya.

Paradoks Narasi Israel

Paradoksnya, muncul tuduhan serius bahwa pasukan Israel bertanggung jawab atas sejumlah besar kematian warga negara mereka sendiri, baik tentara maupun warga sipil, pada tanggal 7 Oktober.

Kesaksian para saksi yang diterbitkan segera setelah kejadian tersebut menunjukkan bahwa pasukan Israel menggunakan jet tempur dan tank untuk menyerang gedung tempat para sandera ditahan.

Perlu dicatat, propaganda yang gagal ini tidak mencegah Israel membantai ratusan warga Palestina yang tidak bersalah di Gaza dan Tepi Barat setiap harinya. Dan sebagian besar negara Eropa dan AS selaras dengan narasi Israel.

Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa para pengambil keputusan penting, propaganda Israel cukup berhasil.

Namun, pengunjuk rasa di jalan-jalan London, Istanbul, Kairo atau Mumbai, warga Perancis dan Jerman yang turun ke jalan meskipun pemerintah melarang demonstrasi pro-Palestina, merupakan bukti nyata bahwa penduduk dunia tidak percaya dengan narasi Israel. Tidak ada dukungan terhadap genosida yang terjadi di depan mata.

Gagalnya Propaganda

Ada dua faktor utama yang mendasari kegagalan propaganda. Pertama, Israel mencoba menghadirkan fiksi tentang kehidupan sehari-hari yang bisa dilihat oleh mata penduduk dunia. Hal ini menuntut pembuktian seperti membuktikan bahwa Saddam Hussein mempunyai senjata pemusnah massal.

Penting disadari bahwa teknologi memberikan kekuatan besar bagi masyarakat di seluruh dunia untuk menemukan kebenaran.

Meski butuh waktu bertahun-tahun untuk membantah klaim WMD Irak pada masa lalu. Saat ini, kepalsuan mesin propaganda Israel terungkap dalam hitungan hari, terkadang jam, dan bahkan dalam hitungan menit.

Dalam hal ini, ketegangan di dunia jauh melampaui persaingan antara AS dan Iran, Rusia dan blok Barat. Jutaan orang, termasuk negara-negara Barat, tidak percaya dengan narasi kekuatan yang mendominasi belahan bumi utara.

Sementara itu, para pemimpin Barat tidak mampu memberikan alasan yang masuk akal dan dapat dipercaya atas dukungan buta mereka terhadap Israel.

Hilangnya kredibilitas tidak hanya sekedar perebutan hati dan pikiran.

Kini, dominasi peradaban Barat yang sudah berabad-abad lamanya terkikis lebih cepat dari perkiraan akibat genosida Israel yang terus berlanjut terhadap warga Palestina di Gaza.

Disclaimer:

  • Tulisan artikel ini telah mengalami perubahan dari aslinya sebagai penyesuaian alih bahasa.
  • Artikel asli berjudul “Israeli propaganda is unconvincing and failing” telah tayang di Middle east Monitor pada Kamis (2/11/2023).
  • Pandangan yang diungkapkan dalam artikel ini adalah milik penulis dan tidak mencerminkan kebijakan editorial Middle East Monitor.