
Jakarta.5News.co.id.12/2/2019-Enam menteri luar negeri Arab mengadakan “pertemuan konsultatif” di Yordania dalam upaya untuk menyatukan sikap mereka terkait krisis regional dan masalah Iran. Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman al-Safadi bergabung bersama rekan-rekannya itu di King Hussein Bin Talal Convention Centre di Laut Mati.
Menteri Luar Negeri Sameh Shoukri dari Mesir, Sabah Khaled Al Sabah dari Kuwait, Abdullah bin Zayed Al Nahyan dari Uni Emirat Arab (UEA), Khalid bin Ahmed Al Khalifa dari Bahrain, dan Menteri Penasihat untuk Urusan Luar Negeri Adel al-Jubeir dari Arab Saudi. Sementara menlu Oman dan Qatar tidak menghadiri pertemuan tersebut.
Para menlu Arab bertemu Raja Yordania Abdullah II, yang mendesak “pentingnya mengoordinasikan posisi Arab pada isu-isu regional” termasuk Suriah dan Iran.
Pertemuan Laut Mati terjadi ketika negara-negara Arab menunjukkan keinginan yang besar untuk berdamai dengan pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad, dan di tengah laporan bahwa Damaskus akan diterima kembali sebagai anggota Liga Arab. Mereka akan berusaha mencari jalan untuk mengembalikan Suriah ke pangkuan Arab dan menyatukan pandangan mengenai Iran.
Pertemuan itu dilakukan sepekan sebelum konferensi tentang keamanan Timur Tengah yang diselenggarakan oleh Amerika Serikat di Warsawa, Polandia. Salah satu isu yang akan dibahas di Warsawa adalah masalah Iran, dan negara-negara Arab tampaknya sedang melakukan persiapan sebelum bertolak ke Polandia.
Seperti diketahui, Dalam kerangka kepentingan regionalnya, Amerika Serikat bermaksud menyelenggarakan sebuah pertemuan bertema keamanan dan stabilitas Timur Tengah (Asia Barat) di Warsawa, Polandia, 13-14 Februari 2019. Washington mengklaim menteri luar negeri dari 70 negara dunia akan menghadiri pertemuan ini tapi beberapa negara sudah mengumumkan ketidakhadirannya.
Pengamat Mesir, Mohammad Hamid kepada televisi RT Arabic mengatakan, “Pertemuan Laut Mati adalah koordinasi dan pendahuluan untuk konferensi Warsawa yang akan membahas Iran.”
Namun, pertemuan Laut Mati berakhir tanpa menggelar konferensi pers dengan awak media dan salah satu alasannya adalah besarnya perselisihan di antara negara Arab, terutama antara Yordania dan Kuwait dengan empat negara Arab lainnya.
Yordania dan Kuwait mengkritik prioritas kebijakan luar negeri Arab Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir yang fokus pada isu-isu lain. Amman dan Kuwait City meminta masalah Quds dan Palestina harus menjadi prioritas dunia Arab, bukan isu-isu lain.( Aha)