Efek Bumerang Pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Elektroral Jeblok Produk Diboikot

Kartun Sampul Majalah Satir Prancis Charlie Hebdo Hina Erdogan
Gambar sampul majalah satir Charlie Hebdo yang dinilai menghina Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan. Foto tangkapan layar

Jakarta, 5NEWS.CO.ID,- Pernyataan kontroversial Presiden Prancis Emmanuel Macron menjadikannya sebagai orang yang paling dibenci umat Islam saat ini. Pembelaan Macron terhadap penerbitan karikatur Nabi Muhammad Saw sontak menuai kecaman dari umat Islam di seluruh dunia. Macron juga dianggap menyerang agama Islam.

Belum reda kemarahan muslim kepada majalah satir Charlie Hebdo setelah menerbitkan karikatur Nabi Muhammad Saw. Kini, para pejabat Turki beramai-ramai mengecam majalah itu lantaran mengejek Presiden Recep Tayyib Erdogan melalui kartun di sampul majalah. Kartun itu menggambarkan Erdogan berpakaian dalam sambil memegang minuman dan mengangkat rok seorang wanita yang mengenakan busana muslimah.

“Tujuan dari publikasi ini tanpa moralitas dan kesopanan adalah untuk menabur benih kebencian dan permusuhan. Mengubah kebebasan berekspresi menjadi permusuhan terhadap agama dan kepercayaan hanya bisa menjadi produk dari mentalitas yang sakit. Setiap orang yang memiliki akal sehat harus mengutuk dan menolak penerbitan yang keji ini,” tulis juru bicara Erdogan, Ibrahim Kalin di Twitter, Rabu (28/10/2020).

Kutukan juga datang dari Wakil Presiden Turki Fuat Oktay. Ia mengecam majalah Charlie Hebdo dan menyebutnya sebagai publikasi tak bermoral yang tidak bisa dimaafkan.

“Anda tidak bisa menipu siapa pun dengan bersembunyi di balik kebebasan berpendapat!. Saya mengutuk publikasi tidak bermoral dari kain Prancis yang tidak bisa dimaafkan tentang Presiden kita. Saya menyerukan kepada publik internasional yang bermoral dan teliti untuk berbicara menentang aib ini.” twit Fuat Oktay melalui akunnya @fuatoktay.

Kartun Nabi Muhammad Saw yang diterbitkan Charlie Hebdo memicu kemarahan seliuruh umat muslim di dunia. Hingga hari ini, masyarakat muslim mencanangkan aksi boikot terhadap produk-produk Prancis. Sejumlah pengamat memperkirakan Prancis akan terjerembab ke jurang resesi lebih dalam akibat aksi tersebut.

Dalam sebuah artikel, penulis TRT World, Tarek Cherkaoui menyebut pernyataan Macron menghasilkan efek bumerang secara internasional. Menurutnya, wacana Islamofobia yang dihembuskan Macron tak akan mampu mendongkrak elektabilitasnya setelah dinilai gagal mengatasi efek pandemi Covid-19 di negaranya. Wacana Islamofobia, kata Tarek, sudah dicoba oleh pendahulunya Sarkozy, dan tidak membantunya memenangkan pemilu pada tahun 2012.(hsn)