
Tokyo, 5NEWS.CO.ID, – Menteri Luar Negeri China Wang Yi saat pertemuan G20 di Jepang mengatakan bahwa Amerika Serikat adalah sumber ketidakstabilan terbesar di dunia dan banyak turut campur urusan negara lain.
“Amerika Serikat secara luas terlibat dalam unilateralisme dan proteksionisme, dan merusak multilateralisme dan sistem perdagangan multilateral. Ini telah menjadi faktor destabilisasi terbesar di dunia,” kata Wang Yi, Minggu (24/11/2019).
Amerika Serikat, demi tujuan politik, telah menggunakan posisi negaranya untuk menekan bisnis-bisnis China yang sah dan banyak melakukan intimidasi kepada para pelaku bisnis asal China.
China juga memprotes sikap Washington yang sering ikut campur urusan negara lain, seperti mempersoalkan soal hak asasi manusia saat aksi protes di Hong Kong dengan mendukung Taiwan dan para pemerotes yang mebuat kerusuhan dan pembakaran kampus dan fasilitas umum.
Sebelumnya, Dewan Perwakilan Rakyat AS mengesahkan dua RUU untuk mendukung pengunjuk rasa di Hong Kong dan mengirim peringatan ke China tentang hak asasi manusia.
Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa dirinya telah menyelamatkan Hong Kong dari kehancuran. Ia mengklaim telah membujuk Presiden China Xi Jinping menunda pengiriman pasukan untuk menghancurkan gerakan ‘pro-demokrasi’ dukungan Amerika.
“Jika bukan karena saya, Hong Kong akan dilenyapkan dalam 14 menit,” kata Donald Trump dalam wawancara awal dengan Fox News seperti dikutip Sabtu (23/11/2019).
Komentar Trump muncul saat ia mempertimbangkan untuk menandatangani undang-undang yang disetujui kongres untuk mendukung aktivis ‘pro-demokrasi’ yang berakhir rusuh smapai saat ini.
“Saya akan mengatakan kepada Anda bahwa kami harus mendukung Hong Kong, tetapi saya juga mendukung Presiden Xi. Ia adalah teman saya, ia orang yang luar biasa,” kata Trump.
Selain itu, dukungan Amerika terhadap para perusuh di berbagai negara juga sangat kentara. Dengan memafaatkan kemarahan rakyat dengan melakukan protes damai lalu muncul oknum-oknum kerusuhan dan pembakaran fasilitas umum. Seperti di Irak, Libanon, Bolivia dan yang terbaru di Iran.
Di sejumlah kota di Iran massa yang berdemonstrasi menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) semenjak Sabtu (16/11) malam. Aksi yang berlangsung damai ini berubah menjadi kerusuhan setelah beberapa oknum merusak fasilitas umum dan menyebabkan korban nyawa.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo di akun Twitter menyatakan dukungan terhadap rakyat Iran.
“Sebagaimana yang pernah saya tekankan pada masyarakat Iran sejak satu setengah tahun yang lalu bahwa Amerika Serikat berada bersama kalian,” tulisnya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi, ia mengatakan bahwa AS tidak pernah bersimpati kepada rakyat Iran kecuali kepada mereka yang berbuat onar dan menyebabkan kekacauan.
Kurang dari 24 jam pemerintah Iran bisa mengendalikan keadaan dengan menangkapi para perusuh dan otak dibalik semua itu.
Pemimpin Iran Ayatullah Sayyid Ali Khamenei mengatakan bahwa para perusuh itu bukan rakyat tapi para penyusup.
“Aksi seperti membakar bank lain-lain bukanlah tindakan masyarakat, tapi para pengacau. Terkadang memang para pengacau itu menyusup ke kerumunan massa seperti ini,” terangnya.
Menurutnya, masyarakat berakal yang mencintai tanah airnya tidak akan melakukan hal demikian. Bukannya malah membantu menyelesaikan masalah, malah menambah masalah. (mas)