Buya Syafii Menyayangkan Sikap UAS, Wali Gereja Berharap Jangan Terpancing

Jakarta, 5NEWS.CO.ID, – Mantan Ketum PP Muhammadiyah Buya Syafii Maarif menyayangkan pernyataan Ustad Abdul Somad (UAS) soal simbol salib sebagai jin kafir yang viral di medsos.

Menurut Buya Syafii semua warga Indonesia berhak mendapatkan keadilan sosial, seluruh rakyat Indonesia harus diperlakukan sama, sebagaimana bunyi sila kelima. Kata. Buya saat acara Seminar Wawasan Kebangsaan bertema ‘Dari Aku, untuk Indonesiaku’ yang digelar UK Petra, Senin (19/8/2019).

“Kasus itu ada hal yang terlupakan yaitu melaksanakan sila ke-lima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Seluruh masyarakat Indonesia harus diperlakukan sama karena kita memiliki bangsa yang sama,” kata tokoh bangsa dari Muhammadiyah itu.

Menurut Buya, inti dari sila kelima bahwa keadilan itu sangat mahal. Sebab harkat sebuah bangsa tergantung dari bagaimana melaksanakan keadilan di tengah masyarakat.

“Keadilan itu sangat mahal tapi hidup sebuah bangsa dan negara itu tergantung sampai mana kita dapat melaksanakan prinsip keadilan itu sendiri,” katanya.

Sebelumnya, kasus video UAS heboh saat menjawab pertanyaan jamaah soal salib, UAS menjawab dengan nada melecehkan perkara jin kafir dalam simbol yang yang disucikan di kalangan agama Kristen itu.

UAS sendiri mengaku heran dengan video pengajiannya itu, soalnya pengajiannya itu dilakukan sekitar tiga tahun lalu namun baru heboh akhir-akhir ini.

Sementara itu ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr Ignatius Suharyo meminta agar umat Katolik untuk tenang dan tidak usah menanggapi agar tidak memanaskan suasana.

Sudah banyak yang memberi catatan, termasuk dari sahabat-sahabat muslim, katanya.

“Tidak usah terganggu apalagi terpancing oleh hal-hal seperti itu,” katanya, Senin (19/8/2019).

Uskup Agung Jakarta itu berharap agar lebih menjaga perdamaian di Indonesia terus tercipta, persatuan bangsa lebih diutamakan.

“Kami ingin negeri ini damai, tidak direpotkan dengan hal-hal seperti itu yang hanya akan merugikan persatuan bangsa,” katanya.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) sendiri meminta semua pihak menahan diri dan tidak terprovokasi. MUI menyarankan tokoh-tokoh agama untuk arif dalam menyampaikan pesan-pesan keagamaan, agar tidak menyakiti perasaan umat lain. (mas)