
Teheran, 5NEWS.CO.ID,- Rekaman audio Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif bocor. Rekaman itu mengungkap ada perebutan kekuasaan di balik layar para pemimpin Iran antara kubu pemimpin reformis dengan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).
Zarif mengatakan IRGC cenderung mengambil alih kekuasaan karena mengesampingkan banyak keputusan pemerintah serta mengabaikan nasihat pemerintah.
Dalam satu momen luar biasa dalam rekaman yang muncul hari Minggu, Zarif meninggalkan garis resmi penghormatan pada Jenderal Qassem Soleimani, komandan Pasukan Quds IRGC yang dibunuh oleh Amerika Serikat (AS) melalui serangan drone di Baghdad, Irak, pada Januari 2020.
Jenderal itu, kata Zarif, melemahkannya dalam banyak langkah, bekerja dengan Rusia untuk menyabot kesepakatan nuklir antara Iran dan kekuatan dunia dan mengadopsi kebijakan terhadap perang panjang Suriah yang merusak kepentingan Iran.
“Di Republik Islam, bidang militer berkuasa,” kata Zarif dalam rekaman percakapan selama tiga jam yang merupakan bagian dari proyek sejarah lisan yang mendokumentasikan pekerjaan pemerintahan saat ini.
“Saya telah mengorbankan diplomasi untuk bidang militer daripada bidang yang melayani diplomasi,” ungkap Zarif Selasa (27/4/2021).
Rekaman audio itu bocor pada saat kritis bagi Iran, karena negara itu sedang membahas kerangka kerja untuk kemungkinan kembali ke kesepakatan nuklir dengan Amerika Serikat dan kekuatan Barat lainnya. Pembicaraan melalui perantara telah berlangsung di Jenewa.
Rekaman percakapan antara Zarif dan seorang ekonom bernama Saeed Leylaz, sekutunya, tidak dimaksudkan untuk dipublikasikan, seperti yang dikatakan oleh menteri luar negeri Iran itu berulang kali di audio.
Di situ, Zarif membenarkan apa yang sudah lama dicurigai banyak orang: bahwa perannya sebagai wakil Republik Islam di panggung dunia sangat dibatasi. Keputusan, katanya, ditentukan oleh pemimpin tertinggi atau, seringkali oleh Garda Revolusi
Saeed Khatibzadeh, juru bicara kementerian, menyebutnya “politik tidak etis” dan mengatakan porsi audio yang dirilis tidak mewakili cakupan penuh komentar Zarif tentang rasa hormat dan cintanya pada Soleimani dan mempertanyakan motif kebocorannya.”
Dalam bagian yang bocor, Zarif memuji sang jenderal dan mengatakan mereka bekerja sama secara produktif dalam awal invasi AS ke Afghanistan dan Irak.
Dia juga mengatakan bahwa dengan membunuhnya di Irak, Amerika Serikat memberikan pukulan besar bagi Iran, lebih merusak daripada jika negara itu telah melenyapkan seluruh kota dalam sebuah serangan.
Namun dia mengatakan beberapa tindakan Soleimani juga merusak negara. Salah satu contohnya, tindakannya melawan kesepakatan nuklir yang dicapai Iran pada 2015 dengan negara-negara Barat termasuk Amerika Serikat meski akhirnya Amerika mencabut diri di bawah pemerintahan Donald Trump. kesepakatan nuklir 2015.
Zarif mempermasalahkan Soleimani di bidang lain, mengkritiknya karena mengizinkan pesawat tempur Rusia terbang di atas Iran untuk membom Suriah dan karena memindahkan peralatan dan personel militer ke Suriah dengan maskapai penerbangan Iran Air milik negara tanpa sepengetahuan. (AHA)