
Wonosobo, 5NEWS.CO.ID,- Siapa bilang bekerja di kampung menjadi petani hasilnya sedikit dibandingkan kerja di kota? Seorang petani muda bernama Miftah Farit asal Dusun Kacepit, Desa Wulungsari, Wonosobo berhasil membuktikannya.
Miftah menekuni bidang perikanan sejak 2014, ia kini telah berhasil mengantongi omzet sebesar 15 sampai 20 juta per bulan.
“Lebih besar daripada gaji buruh di kota,” kata Farit, Sabtu (6/2/2021).
Miftah pun kemudian mengisahkan dirinya saat masih menjadi mahasiswa S1 di UNSIQ Wonosobo. Pekerjaan orangtuanya waktu itu hanya mengolah sawah dengan hasil pas-pasan, sementara Farit belum bekerja untuk bisa membantu orangtuanya.
“Saya lihat pertanian dan peternakan itu sebenarnya menjanjikan,” lanjutnya.
Bersama pemuda desa lainnya, Farit membentuk suatu kelompok petani muda yang dinamakan Young Farm Wulungsari. Dimana pada saat itu hanya beranggotakan 20 orang, 5 orang di pembibitan ikan dan 15 lainnya di pemasaran via media sosial.
Melalui media sosial keberhasilan Young Farm mulai terlihat, pemuda-pemuda Desa Wulungsari yang tergabung dalam grup medsos ini banyak yang akhirnya tertarik untuk pulang ke kampung dan ikut menekuni pertanian dan perikanan.
“Ada 30-an pemuda desa yang bisa kita tarik kembali ke desa,” ujar Wakil Ketua Kelompok Tani Subur Jaya desa Kacepit, Miftachul Khawaji.
Sejak dulu, tutur Farit biasanya warga menjual bibit ikan ke pedagang dari pasar Kertek, di mana mereka biasa mengambil dengan cara tebasan. Dengan metode tebasan, untuk satu kolam, harga sekitar 1 jutaan.
“Saya mikir, kenapa nggak kita sendiri yang jual?” ujar Farit.
Dengan memanfaatkan media sosial, Farit dan para pemuda desa pun berinisiatif memasarkan langsung bibit ikan mereka. Mulai dari kiloan, gelasan, hingga per ekor. Tak lagi menjual tebasan.
“Harganya jadi lebih tinggi. Belum lagi bayaran langsung tanpa potongan, seperti yang sering dilakukan di metode tebasan oleh tengkulak,” katanya. “Kalau dulu 3 kolam dibeli 3 juta, dengan dijual sendiri bisa dapat 5-6 jutaan.”
“Jadi untungnya bisa dua kali lipat!” tandasnya.
Dengan Young Farm, Dusun Kacepit berhasil mengambil kembali generasi mudanya dari kota ke kampung halaman untuk mengelola pertanian dan peternakan. Mulai dari peternakan kambing, berkebun jambu, hingga perikanan.
Pihak desa pun mendukung gerakan petani muda (Young Farm) pada 2020. Melalui Bumdes Young Farm disuntik dana untuk mengembangkan usaha mereka dengan sistem bagi hasil.
Farit Menambahkan kuncinya adalah dengan bekerja bersama warga lainnya, membangun kelompok tani yang kuat.
“Kalau kita bekerja bersama-sama, tidak sendirian, kita bisa lebih sejahtera,” pungkasnya. (Muh)