Bertajuk ‘Sampah Serapah’ Kelompok Pemuda Sukolilo Peringati Hari Sampah Nasional

 

Pemuda Sukolilo pungut sampah di sungai, foto by google image

Pati, 5NEWS.CO.ID,- Memperingati Hari Peduli Sampah Nasional yang jatuh setiap tanggal 21 Februari, dua kelompok pemuda asal Dukuh Sanggrahan, Desa/Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah menggelar acara yang bertajuk ‘Sampah Serapah’, Senin (21/2/2021).

Dua kelompok yang mengatasnamakan Rangaswengi dan Sandal Petualang ini menggelar acara tersebut bertujuan untuk memberikan edukasi tentang bahaya pengelolaan sampah yang buruk.

Kegiatan ini sekaligus mengingatkan akan peristiwa di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Leuwigajah, Kota Cimahi, Jawa Barat pada tahun 2005 silam.

Dalam tragedi di TPA Leuwigajah tersebut tumpukan sampah menjadi longsor dan menghilangkan dua kampung yaitu Cilimus dan Pojok serta memakan korban 157 jiwa.

Ketua Panitia Sampah Serapah Bagussatya Nasyid Mahendra mengatakan serangkain acara dilakukan dengan menyusuri sungai untuk memungut sampah dan mengolahnya menjadi karya seni.

“Rangkaian acara dimulai 18 Februari dengan menyusuri kali (sungai) dengan memungut sampah. Kemudian 19 Februari ada kelas seni durable artwork yakni pembuatan karya dari sampah yang didapatkan dari penyusuran sungai,” ujar Bagussatya.

Ia menjelaskan adanya acara Sampah Serapah bersumber pada perilaku masyarakat yang kurang menghargai alam. Berbagai macam kegiatan tradisional yang berlangsung di Sukolilo seperti hajatan, sedekah bumi, Meron, Suro dan lainnya, semua itu merupakan ritual cara mensyukuri alam yang dikaruniakan Tuhan.

Namun dalam perilaku mereka sehari-hari sebagian mereka masih merusak bumi dengan membuang sampah sembarangan. Hal itu membuktikan bahwa kesadaran diri warga Sukolilo dan sekitarnya belum bisa mencerminkan nilai luhur dari tradisinya.

“Terbukti dengan banyaknya debit sampah yang biasanya terlihat menumpuk di kala musim penghujan. Seperi banjir langganan yang sering terjadi di Desa Kasiyan, saluran air mampet di sungai Baturejo-Wotan dan banjir reguler di Jalan Sunan Prawoto,” tuturnya.

Lewat ‘Sampah Serapah’ pihaknya mencoba mendalami kesadaran dan kepercayaan turun temurun masyarakat Sukolilo terhadap alam. Bagussatya tidak ingin wajah hijaunya Gunung Kendeng tertutupi dengan sampah plastik. (sari)