Berkali-kali Gagal, Felix Siauw Coba Giring Opini Lewat Bendera Tauhid

Jakarta, 5NEWS.CO.ID,- Pegiat medsos Felix Siauw mencoba menggiring opini melalui bendera tauhid setelah upayanya untuk mengusung khilafah berkali-kali gagal. Melalui sejumlah postingan di akun Instagram, eks aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) itu mencoba meyakinkan pembaca bahwa bendera bertuliskan tauhid merupakan simbol yang harus dibanggakan.

Baca Juga:

Felix Siauw menganggap ada pihak yang mati-matian menghalangi tertanamnya kalimat syahadat di dalam hati. Menurut dia, jika umat bangga dengan kalimat ini. dunia akan berubah sehingga kedzaliman akan ditenggelamkan oleh cahaya.

“Kalimat syahadat ini benih, dipandang kecil dan diremehkan. Tapi bagi mereka yang tahu konsekuensi bila kalimat ini ditanam, mereka mati-matian menghalanginya,” tulis Felix di akun Instagramnya @felixsiauw, Kamis (15/8/2019).

“Sebab mereka tahu, begitu ummat sudah bangga dengan kalimat ini melebihi segalanya, maka dunia akan berubah. Kedzaliman akan ditenggelamkan cahaya,” kata dia.

“Maka mereka menakut-nakuti dari kalimat ini, mereka katakan “Yang penting di hati saja”. Apapun, asal ummat Muslim tak menampakkan apa yang mereka banggakan,” lanjutnya.

“Ingat, apa yang kita pikir mempengaruhi simbol yang kita pilih, dan simbol yang kita pilih akan mempengaruhi pikiran kita. Tetap banggakan simbol-simbol Islam,” pungkas penulis buku Khilafah itu.

Lihat postingan ini di Instagram

Kalimat Tauhid Itu Benih Allah yang menjelaskan langsung, bahwa kalimat thayyibah itu seperti benih, yang bila ditanam akan jadikan pohon yang thayyibah. Itu diterangkan dalam QS Ibrahim: 24 Kalimat thayyibah itu adalah syahadatain. Laa ilaaha illa Allah, Muhamamd Ar-Rasulullah. Ia seperti benih yang pengaruhi mulai akar, batang, dah buah Artinya, seharusnya, ketika kalimat syahadat ini benar dalam diucapkan, dipahami dan diamalkan, ia akan mengubah manusia mulai baik pola pikir dan pola sikapnya Bisa jadi anda setuju atau tidak setuju, tapi ini yang terjadi pada ummat Islam di masa awal, Rasulullah dakwahkan Islam, mengubah mereka secara radikal, dari akarnya Begitu keyakinan dasar mereka berubah, maka berubah pula pola pikir dan pola sikapnya. Bahasa singkatnya, mereka bangkit, lalu mulai memimpin dunia dengan Islam Saya, meskipun tidak sedramatis mereka, juga ikut-ikutan diubah oleh benih kalimat syahadat ini. Dari remah sampah peradaban, sampai ikutan dalam perjuangan dakwah Kalimat syahadat itu mengubah pola pikir saya, dari cinta dunia menjadi hanya memanfaatkan dunia, dari menghamba wanita menjadi menghamba Tuhannya wanita Kalimat syahadat juga mengubah pola sikap saya, dari egois menjadi peduli, dari abai menjadi partisipasi, dari maksiat mencoba untuk taat, dari kasar ke sadar Sejarah mencatat mereka yang tak pernah dipandang oleh dunia, menjadi ksatria paling pemberani, ilmuwan paling inovatif, pemimpin idaman, karena benih ini Kalimat syahadat ini benih, dipandang kecil dan diremehkan. Tapi bagi mereka yang tahu konsekuensi bila kalimat ini ditanam, mereka mati-matian menghalanginya Sebab mereka tahu, begitu ummat sudah bangga dengan kalimat ini melebihi segalanya, maka dunia akan berubah. Kedzaliman akan ditenggelamkan cahaya Maka mereka menakut-nakuti dari kalimat ini, mereka katakan “Yang penting di hati saja”. Apapun, asal ummat Muslim tak menampakkan apa yang mereka banggakan Ingat, apa yang kita pikir mempengaruhi simbol yang kita pilih, dan simbol yang kita pilih akan mempengaruhi pikiran kita. Tetap banggakan simbol-simbol Islam #benderatauhidchallenge #benderaRasulullah #radikalisromantis Thanks a lot @alfatihstudios

Sebuah kiriman dibagikan oleh Felix Siauw (@felixsiauw) pada

//www.instagram.com/embed.js

Dalam postingan sebelumnya, Felix juga menjelaskan panjang lebar tentang bendera bertuliskan tauhid yang dia anggap sebagai bendera Rasulullah SAW. Dia menyebut bendera hitam dan putih bertuliskan kalimat tauhid itu sebagai bendera dan panji Rasulullah SAW.

Berbeda dengan Felix, Dr. H. Nadirsyah Hosen, LL.M., M.A. (Hons), Ph.D. mengatakan hal yang berlawanan dengan narasinya. Pria yang akrab dipanggil Gus Nadir ini mengatakan umat Islam jangan mau dibohongi oleh ISIS dan HTI soal bendera ini. Keduanya, ISIS dan HTI sama-sama mengklaim bendera dan panji yang mereka miliki adalah sesuai dengan Liwa dan Rayah-nya Rasulullah SAW.

Rois Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand itu menjabarkan bendera yang diklaim Felix Siauw sebagai bendera Rasulullah SAW itu berbeda, baik dari segi desain maupun khat (bentuk huruf) tulisan arabnya.

“Katakanlah ada tulisannya, maka tulisan khat jaman Rasul dulu beda dengan yang ada di bendera ISIS dan HTI. Jaman Rasul tulisan Alquran belum ada titik dan khatnya, masih pra Islam yaitu khat kufi. Makanya, meski mirip, bendera ISIS dan HTI itu beda khatnya. Kok bisa? Padahal sama-sama mengklaim bendera Islam? Itu karena rekaan mereka saja,” jelas Gus Nadir, seperti dilansir situs nadirhosen.net, bertanggal 29 Jul 2017.

Dosen tetap di Fakultas Hukum Universitas di Australia itu bahkan menilai hadits-hadits yang menjelaskan warna bendera Rasulullah SAW tidak berkualitas alias tidak sahih. Menurutnya, dari sisi riwayatnya juga berbeda-beda. Ada yang bilang hitam saja, ada yang bilang putih saja. Ada juga riwayat yang bilang hitam dan putih, bahkan ada yang kuning.

“Jadi? Kalau ISIS dan HTI yang setiap saat mengibarkan Liwa dan Rayah, apakah mereka mau perang terus? Kok ke mana-mana mengibarkan bendera perang? Kalau dianggap sebagai bendera negara khilafah, kita ini NKRI, sudah punya bendera Merah Putih. Masak ada negara dalam negara? Kalau itu terjadi, berarti makar!” ujar Gus Nadir.

Lulusan S1 Fakultas Syari’ah, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu menandaskan hingga kini tidak ada bukti otentik dan sahih tentang bendera Rasul itu seperti apa. Opini bahwa bendera bertuliskan tauhid merupakan bendera Rasulullah SAW adalah rekaan orang-orang ISIS dan HTI berdasarkan hadits-hadits yang tidak sahih.

“Intinya, jangan mau dibohongi sama bendera Islam-nya HTI dan ISIS. Perkara ini bukan masuk kategori syari’ah yang harus ditaati,” tegas Gus Nadir.(hsn)