Benjamin Netanyahu Klaim Menang Pemilu Israel, Hasil Quick Polling Berkata Lain

Pedana Menteri Israel : Benjamin Netanyahu. (Foto : nypost.com)

Jakarta, 5NEWS.CO.ID,- Perdana Menteri Israel incumbent Benjamin Netanyahu mengklaim memenangkan pemilu Israel yang digelar Selasa (23/2/2021). Akan tetapi, hasil exit poll atau hitung cepat menunjukan bahwa Partai Likud berpotensi kehilangan suara mayoritas.

Berdasarkan laporan, Rabu (24/3/2021), Partai Likud awalnya diprediksi meraih antara 31 dan 33 kursi di parlemen Knesset. Sementara, partai oposisi Lapid Yesh Atid meraih 16 hingga 18 kursi. Hasil quick polling menunjukan bahwa kedua partai kurang lebih seimbang sehingga tidak ada mayoritas.

Naftali Bennett, mantan sekutu Netanyahu, berkata kemungkinan harus sengketa di pengadilan. Pengamat politik juga memperkirakan Netanyahu akan kesulitan membangun koalisi pemerintah.

Sebelumnya, Netanyahu sudah keburu mengklaim bahwa pemilu Israel merupakan “kemenangan besar” bagi sayap kanan.
Netanyahu lantas tidak mengulang pernyataan kemenangannya di malam pemilu. Hasil pemilu diperkirakan baru keluar pada akhir minggu ini.

Pemimpin partai oposisi, Yair Lapid, yakin akan ada blok anti-Netanyahu sebagai mayoritas pemerintah. Partai Yesh Atid siap menjadi di urutan kedua setelah Likud.

“Pada saat ini, Netanyahu tidak memiliki 61 kursi,” ujar Lapid yang berhaluan moderat. Selama ini, oposisi mengkritik Netanyahu atas penanganan COVID-19. Lapid mengaku sudah mulai berbicara dengan para pemimpin partai sembari menunggu hasil resmi. “Kami akan melakukan segalanya untuk menciptakan pemerintahan yang waras di Israel,” jelasnya.

Israel adalah negara parlementer, sehingga partai harus memiliki mayoritas untuk menangkat perdana menteri. Jumlah mayoritas yang dibutuhkan adalah 61 kursi.

Saat ini, Likud memiliki 37 kursi, dengan koalisi yang terdiri atas United Torah Judaism, Blue and White, serta beberapa partai lain. Netanyahu telah berkuasa di Israel sejak 2009. Ia menggantikan Ehud Olmert yang merupakan mantan wali kota Yerusalem. Sebelum 2009, Netanyahu sempat berkuasa selama tiga tahun sebagai PM Israel pada 1996-1999.

Sementara itu, Petinggi Israel masih terus mengkhawatirkan partisipasi Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) dan kemenangan gerakan ini di pemilu Palestina.

Seperti dilaporkan Televisi Kaan News, Direktur Dinas Keamanan Dalam Negeri Israel (Shin Bet), Nadav Argaman meminta Ketua Otorita Ramallah Mahmoud Abbas membatalkan pemilu Palestina jika Hamas berpartisipasi.

Argaman mengungkapkan pemintaannya tersebut kepada Abbas saat berkunjung ke Ramallah dua pekan lalu. Televisi ini mengutip sebuah sumber Palestina menyatakan, Otorita Ramallah menolak permintaan Direktur Shin Bet tersebut.

Pemilu Parlemen Palestina setelah 15 tahun akan digelar 22 Mei dengan partisipasi berbagai faksi Palestina. Laman Arab 48 melaporkan, berbagai dinas keamanan Israel takut jika Hamas menang di pemilu seperti tahun 2006, faksi muqawama ini selain berkuasa di Jalur Gaza, juga akan mendominasi Tepi Barat.

Amos Harel, pengamat militer di Koran Haaretz menulis, Mahmoud Abbas sampai saat ini tidak mengindahkan peringatan Israel terkait potensi kemenangan Hamas dan berkuasanya faksi ini terhadap wilayah luas di Tepi Barat. (AHA)