
Pati, 5NEWS.CO.ID,- Dengan adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), khususnya solar berimbas pada pengeluaran biaya para nelayan, dan hal ini cukup membuat kondisi finansial nelayan kecil semakin sulit.
Kepala Bidang (Kabid) Tangkap, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pati Sujarta menyatakan bahwa pemerintah menyiapkan bantuan-bantuan untuk nelayan berupa BLT, sembako dan lainnya.
“Pemerintah menyiapkan bantuan-bantuan, termasuk yang rencana dari bantuan pusat itu, nelayan juga kan termasuk dalam kategori,” kata Sujarta saat dikonfirmasi, pada Rabu (7/9/2022).
“Kami sudah buat program namanya asuransi BPJS, itu preminya kami yang bayar. Setiap nelayan yang terdaftar BPJS ketenagakerjaan, kalau seandainya terjadi kecelakaan di laut baik meninggal atau cacat itu diklaim BPJS,” ucapnya.
Sujarta berpendapat dengan adanya kenaikan harga BBM, para pengusaha (sektor kelautan/perikanan) diharuskan dapat memanage sendiri pengeluarannya secara mandiri.
“Dengan kenaikan harga BBM, ya bagaimana untuk pengusaha itu bisa memanage. Manage dalam arti BBM ini kan untuk perjalanan, untuk menghidupkan (freezer) kan pakai solar. Jadi, mereka harus pandai-pandai menghemat,” ujar Sujarta.
Selanjutnya, dalam hal perjalanan (pelayaran)-nya dengan adanya sistem kontrak per Wilayah Pengolahan Perikanan (WPP) yang telah ditentukan pihak pengusaha atau yang terkait harus benar-benar menghemat biayanya.
“Lalu, perjalanannya dengan adanya sistem kontrak, per wilayah WPP itu kan sudah ditentukan dan jelas. Sehingga, dia (pengusaha) harus menghemat, jangan sampai cuma muter-muter, dan harus sudah tahu nanti posisi ikan adanya dimana,” imbuhnya.
Terkait subsidi BBM, Sujarta mengatakan untuk yang diatas 30 gt diberi harga yang premium, dan DKP juga telah mengajukan untuk subsidi para nelayan (industri).
“Subsidi sudah jelas, untuk yang diatas 30 gt di kasih harga premium. Sebenarnya harga industri 17 ribu sekian, hanya di kasih harga 14 ribu sekian,” tuturnya.
“Kami kemarin sudah mengajukan. Kami bantulah supaya pemerintah masih peduli dengan nelayan,” sambungnya.
Kemungkinan yang dapat memperoleh bantuan dari pemerintah untuk nelayan, hanya para nelayan kecil, sebab nelayan besar sudah menjadi perusahaan dan bagi hasil dengan pengusaha lainnya.
Mengenai harga solar industri, ini memang semakin tinggi sebab mengikuti pasar minyak dunia.
Menurut dia, hasil laut Kab. Pati terutama di Juwana itu musiman. Biasanya musim ikan mulai dari bulan September sampai Desember.
“Grafik dari pendapatan nelayan, baik dari Laut Jawa, di Laut Makassar, sampai di wilayah Timur itu di bulan tertentu ada musim-musimnya,” tutur Sujarta.
Menurutnya, kenaikan harga ikan ikan cuma sedikit saja, tidak terlalu tinggi. Sebab pengaruh dari BBM juga.
Sujarta mengklaim bahwa para nelayan Pati sudah dibekali pengetahuan mengenai navigasi tersendiri apabila terjadi perubahan cuaca atau arah angin secara mendadak.
“Nelayan sudah pandai, sudah kami bekali dengan ilmu meteorologi dan geofisika. Beberapa kali kami sudah adakan pelatihan sehingga setiap ada perubahan cuaca, nelayan tahu navigasi dan sistemnya,” ungkapnya.
Agar dapat menggunakan subsidinya harus mengajukan surat rekomendasi terlebih dahulu.
“Kami, sebelumnya sudah memberitahu pada kepala desa seluruh Kab. Pati kalau mau membuat surat pengajuan harus memenuhi syarat-syaratnya,” imbuh dia.
para penerima bantuan tersebut hanya bisa mengambil per hari, tidak bisa langsung diambil keseluruhan totalnya. Hal tersebut, dilakukan agar ketahuan jumlah pengambilannya dan menghindari tindak kecurangan. (hus)