Antisipasi Kekeringan, Pemprov DKI Ajak Warganya Menabung Air

Jakarta, 5NEWS.CO.ID,- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengajak seluruh warga untuk melakukan gerakan menabung air mengingat saat ini ibukota tengah dilanda musim kemarau.  

Baca Juga:

“Untuk mengantisipasi terjadinya kekeringan air selama berlangsungnya musim kemarau, kami ingin mengajak segenap warga untuk melakukan gerakan menabung air,” kata Wakil Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat di Balai Kota, Jakarta Pusat, Kamis (4/7/2019) lalu.

Melalui gerakan menabung air, menurut dia, maka diharapkan meskipun musim kemarau tengah melanda, tidak ada warga yang mengalami kekeringan air karena sudah memiliki tabungan air yang melimpah. Dia mengatakan sampai dengan saat ini, Pemprov DKI masih terus konsisten untuk memperbanyak sumur resapan serta lubang biopori sebagai tempat penampungan air hujan.  

“Sekarang inilah saat yang tepat untuk memperbanyak sumur resapan sekaligus lubang-lubang biopori di wilayah Jakarta untuk menampung air hujan. Intinya, kita harus mempunyai cadangan air sebanyak mungkin,” ujar Djarot.  

Mantan Wali Kota Blitar itu menilai hingga saat ini, di wilayah DKI Jakarta masih sangat kekurangan tempat-tempat resapan air, sehingga harus diperbanyak agar air hujan dapat ditampung dengan baik.  

“Padahal, dengan adanya sumur resapan yang dapat membuat air meresap kedalam tanah, maka pasokan air tanah kita juga ikut bertambah banyak. Karena air hujan dapat ditampung, bukannya langsung dibiarkan mengalir ke laut,” tutur Djarot.  

Disamping itu, dia mengungkapkan sumur resapan maupun lubang biopori juga dapat mencegah tejadinya banjir serta mengantisipasi terjadinya penurunan permukaan tanah di wilayah ibukota.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta juga menyatakan siaga kekeringan pada musim kemarau ini dan mengimbau agar warga bijak dalam memanfaatkan air. 

“Kami imbau agar masyarakat menggunakan air dengan bijak dan seperlunya. Hemat air saat musim kemarau ini,” ujar Kepala BPBD DKI Jakarta Subejo di Jakarta, Jumat (5/7/2019) kemarin.

Berdasarkan kasus pada tahun sebelumnya, ancaman kekeringan kerap terjadi di wilayah Jakarta Utara. Sedangkan potensi kebakaran, terjadi dari pembakaran ilalang dan sampah yang memicu kebakaran besar. 

Sejauh ini BPBD belum menerima laporan adanya wilayah yang mengalami kesulitan air akibat dampak kekeringan di DKI Jakarta. 

“Saya cek staf untuk periksa dan monitoring (wilayah kesulitan air),” kata dia. 

Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat memprakirakan puncak musim kemarau di wilayah DKI Jakarta akan berlangsung pada bulan September 2019 sehingga wilayah Ibu Kota harus bersiap mengatasi kekeringan. 

Kepala Staf Sub Bidang Analisis Informasi Iklim BMKG Pusat, Adi Ripaldi mengatakan kemarau baru berjalan dua bulan namun sudah ada wilayah yang melaporkan kesulitan air.  Ia mengatakan saat ini sudah ada wilayah di DKI Jakarta yang berstatus siaga kekeringan terutama di Jakarta Utara.

Dengan begitu, perlu diwaspadai oleh pemerintah daerah agar melakukan upaya antisipasi kekeringan. Berdasarkan monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) dua wilayah di Kota Administrasi Jakarta Utara yang sudah masuk HTH sangat panjang yakni 30 sampai 61 hari. 

“HTH di wilayah Jakarta sudah lebih 30-61 hari terjadi di Rawa Badak dan Rorotan,” kata Ripaldi. 

Ripaldi mengatakan BMKG melakukan monitori HTH setiap hari untuk seluruh wilayah DKI Jakarta dengan menggunakan 6.607 alat penakar hujan yang tersebar di setiap kecamatan. 

Dari hasil monitoring tersebut diketahui, selain dua wilayah tadi yang dikategorikan HTH sangat panjang, wilayah lainnya masuk kriteria HTH panjang, yakni 21-30 hari.(ANTARA/hsn)