Amankah Jika Ampo Dikonsumsi?

     Penulis : Endah Sari

    Pernahkah kita mendengar kata ampo? Orang mendiskripsikan ampo berkaitan dengan tanah kering yang disiram dengan air dan mengeluarkan bau khasnya, segar dan terasa nyaman.

    Ampo sendiri merupakan makanan ringan yang terbuat dari tanah liat, berasal dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tidak ada bahan campuran lain dalam pembuatannya, jadi murni dari tanah liat asli. Penyuka makanan ini biasanya wanita yang lagi sedang hamil.

    Masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur menyakini bahwa ampo dapat memperkuat pencernaan.  Menurut mitos dipercaya sebagai obat yang bisa mengobati  beberapa jenis penyakit.

    Sebuah studi membuktikan ternyata bahan dasar ampo, tanah liat atau lempung itu sendiri sudah steril. Kandungan dalam tanah liat memiliki manfaat yang bisa menyamankan perut dan membantu melindungi dari serangan virus dan bakteri.

    Namun dilihat dari sisi kerugian mengkonsumsi, jelas ampo terkontaminasi oleh kotoran hewan dan manusia. Khususnya dari telur parasit, misal cacing gelang yang dapat hidup bertahun-tahun di dalam tanah dan menimbulkan masalah.

    Selain itu ampo juga meningkatkan risiko terjangkit penyakit tetanus. Sementara sebagian besar masyarakat atau suku sudah memahami bahaya jika mengkonsumsinya.

    Bagi anak-anak mengkonsumsi ampo membuat mereka rentan terhadap infeksi cacing. Bahaya lainnya adalah dapat merusak enamil gigi, menelan berbagai bakteri, bentuk pencemaran tanah dan obstruksi usus.

    Pembuatan ampo dilakukan dengan cara yang cukup sederhana dan mudah. Tanah sebagai bahan baku tidak sembarangan. Melainkan berjenis tanah liat bertekstur lembut, bebas dari pasir dan kerikil maupun batu.

    Tanah yang sudah terkumpulkan dibuat adonan kemudian dibentuk kotak atau bentuk lain dengan menambahkan air secukupnya, agar adonan tanah menjadi kalis dengan ciri tidak lengket ditangan. Tambahi air sedikit demi sedikit sambil sesekali ditumbuk dengan alat semacam palu dari kayu.

    Setelah adonan siap, tanah dikikis atau diserut sedikit demi sedikit dengan menggunakan bilah pisau bambu. Bentuk serutan seperti stik wafer. Jika sudah selesai taruhlah diatas periuk gerabah dengan diasapi di tungku pembakaran. Cara memanggang dapat mengurangi risiko. (sari)