
Pati, 5NEWS.CO.ID, – Stunting atau gangguan perkembangan karena infeksi kronik atau kekurangan gizi masih menjadi polemik utama di dunia kesehatan Indonesia. Ribuan anak-anak bayi hingga balita masih mengalami stunting.
Di Kabupaten Pati, bayi-balita yang stunting mengalami peningkatan jumlahnya, yang mana berdasarkan data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi di Pati mencapai 23 persen.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pati, dr. Aviani Tritanti Venusia mengatakan sebelumnya prevalensi stunting di Pati jika menurut SSGI menyentuh 20 persen dari balita yang ada. Namun karena beberapa faktor menjadikannya lebih tinggi.
Menurutnya, tingginya jumlah stunting di Pati berdasarkan SSGI pada survei terbarunya, karena dari pihak pusat atau kemenkes menyurvei sampel yang beda dari tahun ke tahunnya.
“Dari SSGI secara nasional kita di sampel itu asalnya 20 persen menjadi 23 persen. Faktor kenaikan ini dikarenakan sampelnya itu berbeda-beda,” kata dr. Aviani kepada 5News.co.id, Senin (16/10/2023).
“SSGI itu data survei per tahun, yang disurvei itu sampel yang ditentukan dari Kemenkes dan sampelnya pun beda-beda di tiap tahunnya,” sambungnya.
Sedangkan, jika berdasarkan data e-PPGBM pada triwulan ke-1 tahun 2023, dari 104.141 jumlah Balita di Pati dan 77.231 Balita yang tertimbang, sebanyak 5,75 Persennya mengalami stunting, Senin (16/10/2023).
Menurut aviani, prevalensi itu mengalami kenaikan, jika disandingkan pada data tahun 2022 lalu, yang mana 5,5 persen menjadi 5,75 persen.
“Di Pati banyak, dari e-PPGBM bulan Agustus itu terakhir ada 5,75 persen. Jika disandingkan tahun 2022 lalu, naik sedikit gak jauh beda yakni 5,5 persen,” ujarnya.
“Yang ditemukan itu hanya anak-anak yang pendek dan sangat pendek dan kalau stunting harus diidentifikasi juga dengan adanya gangguan perkembangan dan tak sekedar gangguan pertumbuhan,” pungkasnya. (hus)