
Pekanbaru, 5NEWS.CO.ID, – Keinginan Suku Talang Mamak untuk tetap belajar sangat tinggi. Hal ini diungkapkan oleh salah satu warga Suku Talang Mamak, Pilip (32), motivasinya dalam ikut serta pembelajaran ini karena tidak ingin lagi hidup dalam kebodohan akibat tidak bisa baca tulis. Ia merasakan tak enaknya hidup dalam buta aksara.
Suku Talang Mamak merupakan satu dari lima suku asli yang ada sejak dahulu di Riau dan tergolong Melayu Tua. Bersama empat suku lainnya yakni Suku Laut, Suku Bonai, Suku Sakai dan Suku Akit. Populasi Suku Talang Mamak mencapai 18.000 jiwa. Sebagian mereka buta aksara tidak memiliki kemampuan literasi dasar seperti membaca, menulis dan berhitung.
Menurut Tutor Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Hulu, Romi J. Tendra mengatakan, bahwa membujuk warga Talang Mamak untuk belajar bukanlah hal yang mudah. Perlu adanya pendekatan dari hati. Segala sesuatu harus dari hati. Karena mereka hidup dibawah garis kemiskinan.
“Masyarakat Talang Mamak ini sangat kuat adatnya. Begitu ada acara adat, banyak yang mogok untuk tidak belajar. Ini merupakan tantangan bagi kami dalam mengajar masyarakat ini,” kata Romi yang berpenghasilan 400 ribu setiap bulannya.
Sementara itu Tutor SKB lain, Lila Tarida Hutabarat mengatakan masyarakat Talang Mamak memang membutuhkan bantuan agar bebas dari buta aksara.
Lila mengajar di pedalaman suku tersebut semenjak tahun 1984. Saking lamanya mengajar di wilayah Suku Talang Mamak ini, Lila dianggap sebagai bapak sendiri oleh warga setempat. Bahkan mereka enggan bila yang mengajar bukan Lila.
“Kalau pak Lila yang mengajar kami mau. Kalau yang lain tidak,” jelas Lila, Senin (9/12).
Kepala Desa Talang Sungai Parit, Sudiman mengatakan, ada 225 kepala keluarga dengan penghasilan utama mereka adalah dari perkebunan karet dan sawit. Penghasilan mereka rata-rata sebesar 40 ribu hingga 50 ribu rupiah setiap hari.
“Kami sangat berterima kasih kepada Pemerintah, karena program ini sangat dibutuhkan. Harapan kami tidak sampai disini tapi harus ada program lanjutannya,” harap Sudiman. (end)