PTM Terbatas, Antara Keselamatan dan Pendidikan

PTM Terbatas, Antara Keselamatan dan Pendidikan
PTM Terbatas, Antara Keselamatan dan Pendidikan oleh Budiyanto, S.Pd., guru di SDN Sukolilo 01, Pati Jawa Tengah

Penulis:Budiyanto, S.Pd.

Pemerintah mendorong agar sekolah memulai kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas. Meskipun demikian, hingga saat ini, belum semua sekolah memulai sekolah tatap muka. Masih ada kekhawatiran dari kalangan tenaga pengajar, orang tua ataupun siswa terkait penularan virus corona di lingkungan sekolah.

Oleh sebab itu, sekolah harus mempersiapkan secara matang, baik dalam penerapan protokol kesehatan ataupun menjaga kondisi lingkungan belajar. Hal itu agar PTM menjadi kegiatan belajar yang aman dan nyaman bagi guru dan siswa.

Prioritas: Keselamatan Siswa

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menekankan bahwa keselamatan siswa menjadi prioritas utama dalam penyelenggaraan kegiatan PTM terbatas. Direktur Sekolah Dasar Kemendikbudristek Sri Wahyuningsih menyatakan, adaptasi dalam penerapan kebiasaan baru di sekolah harus menjadi perhatian utama.

Dalam acara “Dialog Produktif Media Center” yang digelar Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) – KPCPEN, Selasa (26/10/2021), Sri menjelaskan beberapa poin berikut harus menjadi perhatian saat pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT):

  1. Penerapan protokol kesehatan ketat bagi setiap insan pendidikan
  2. Kesiapan satuan pendidikan mengikuti aturan sesuai Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri
  3. Dukungan fasilitas kesehatan (faskes) setempat
  4. Pengawasan oleh Satgas COVID-19 di sekolah-sekolah

Survei: Sekolah Sudah Aman

Menurut survei terakhir yang dilakukan oleh UNICEF, sebanyak 62,8 persen orang tua siswa di Indonesia berpendapat sekolah dapat dibuka kembali dengan aman saat ini. Survei itu digelar Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada 10-14 September 2021 di 34 provinsi di Tanah Air, dengan responden sebanyak 1.200 yang terdiri dari orang tua atau wali murid anak-anak prasekolah, taman kanak-kanak, SD, SMP, dan SMA.

Dari hasil survei diketahui bahwa mayoritas orang tua dari anak-anak di semua tingkat pendidikan percaya bahwa sekolah sudah cukup siap untuk melanjutkan pembelajaran tatap muka dan akan mengizinkan anak-anak mereka kembali ke sekolah. Namun, sekitar 4 dari 10 (41,4 persen) mengatakan mereka membutuhkan informasi lebih lanjut, terutama terkait protokol kesehatan.

“Survei ini menunjukkan bahwa setelah lebih dari satu setengah tahun pembelajaran jarak jauh, kebanyakan orang tua ingin anak-anak mereka melanjutkan pembelajaran tatap muka dengan seaman mungkin,” kata Perwakilan UNICEF Debora Comini.

Debora menekankan agar sekolah mengambil semua langkah mitigasi risiko yang memungkinkan untuk memastikan bahwa pembelajaran langsung aman bagi anak-anak, orang tua, dan guru.

Antara Keselamatan dan Pendidikan

UNICEF merilis data sebanyak 530.000 sekolah di Indonesia ditutup sejak bulan Maret 2020. Dampaknya, lebih dari 60 juta siswa dan sekitar 4 juta guru harus berinteraksi melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ). Kini, 55 persen sekolah telah dibuka kembali untuk pembelajaran tatap muka secara terbatas, mulai 4 Oktober 2021, sejalan dengan pedoman nasional.

Menurut survei, hampir 70 persen orang tua percaya bahwa pembelajaran jarak jauh tidak efektif untuk anak-anak mereka. Ketika ditanya tentang tantangan yang dihadapi anak-anak mereka, sebagian besar menyebutkan proses belajar jarak jauh sulit untuk diikuti (33,9 persen), koneksi internet yang buruk (29,3 persen), dan tidak ada motivasi (23,8 persen).

Persiapan PTM Terbatas

Untuk mengantisipasi pembukaan kembali sekolah, hampir dua pertiga (63,3 persen) responden mengatakan mereka telah mempersiapkan anak-anak mereka untuk menghadiri kelas tatap muka, sebagian besar dengan membeli masker, buku, seragam, dan sanitizer.

Dengan adanya langkah-langkah mitigasi risiko COVID-19 – seperti masker, tempat cuci tangan pakai sabun, saluran udara yang memadai di kelas, dan sistem hadir 50 persen – sekolah dapat menjadi lingkungan yang lebih aman bagi anak-anak daripada di luar sekolah.

Sementara vaksinasi untuk semua guru perlu diprioritaskan untuk melindungi mereka dari penularan virus di masyarakat, vaksinasi anak-anak tidak diperlukan untuk kehadiran sekolah secara langsung atau pembukaan kembali sekolah, menurut pedoman nasional yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Penelitian dan Teknologi.

Catatan: Artikel ditulis oleh Budiyanto, S.Pd., NIP: 19830712 201101 1 007, guru di SDN Sukolilo 01, Pati Jawa Tengah