Banjir dan Kekeringan di Pati, Kaitannya dengan Karst di Pegunungan Kendeng

Banjir dan Kekeringan di Pati, Kaitannya dengan Karst di Pegunungan Kendeng
Warga pesisir sedang mengisi air dari truk tangki. Foto dokumen 5NEWS.CO.ID

Bencana banjir dan kekeringan kerap melanda sejumlah daerah di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Di musim penghujan, Kecamatan Kayen menjadi langganan banjir. Sejumlah wilayah dibagian timur seperti Winong dan Pucakwangi juga dilanda kekeringan saat musim kemarau. Hal itu terkait dengan kawasan kapur (Karst) di pegunungan Kendeng.

Eksploitasi tambang batu kapur di Pegunungan Kendeng tanpa disadari telah menimbulkan bencana di musim penghujan dan kemarau. Bentang karst berkurang seiring dengan berpindahnya batu kapur dari kawasan Kendeng melalui kegiatan pertambangan. Padahal, pegunungan kapur memiliki fungsi sebagai kawasan resapan air dan penyimpan air tanah.

Sejumlah ahli geologi mengungkapkan bahwa pegunungan kapur tidak sekering yang terlihat. Pegunungan kapur memiliki kantong-kantong penyimpan air berupa sungai bawah tanah dan goa. Ir. Rovicky Dwi Putrohari, M.Sc menyatakan di kawasan karst, kantong-kantong penyimpanan air tersebut saling terhubung.

Penambangan di gunung kapur akan mengurangi kantong-kantong tempat menyimpan air. Reruntuhan yang timbul dari kegiatan tambang juga menyumbat lorong-lorong goa bawah tanah. Pada akhirnya, proses penyimpanan dan penyaluran air tanah secara alami terhambat sehingga kekeringan dan banjir melanda setiap tahunnya.

Dilansir dari mongabay, empat sistem utama sungai bawah tanah temukan di Karst Pegunungan Sewu (Gunungsewu) yang terbentang di sepanjang pantai selatan Gunung Kidul. Wonogiri hingga Tulungagung. Salah satunya adalah sungai bawah tanah Gua Bribin yang telah dimanfaatkan airnya untuk mencukupi kebutuhan air minum sekitar 82.000 jiwa di Kabupaten Gunungkidul hingga saat ini.

Investigasi tim speleologi di kawasan Watuputih, Rembang, Jawa Tengah, menemukan 76 gua yang memiliki aliran air di bawah tanah. Gua Temu, Gua Rambut dan Gua Manuk ditemukan memilki aliran air di dalamnya. Dengan bantuan warga, tim speleologi juga menemukan 136 titik mata air di kawasan tersebut.

Petrasa Wacana, Koordinator Bidang Konservasi, Advokasi dan Kampanye Masyarakat Speleologi Indonesia (MSI) mengatakan pemerintah harus menyelamatkan karst dari ancaman industri semen terutama di Jawa. Penambangan di wilayah karst perlu dikelola dan dibatasi agar terhindar dari ancaman bancana banjir dan kekeringan.