
5NEWS.CO.ID,- Pembangunan kembali Tembok Besar adalah sebagai benteng pertahanan dari serangan lawan. Terdapat pos-pos pemantau guna mengawasi gerak gerik musuh.
Syahdan, suku bar-bar Xiongnu Nomaden (berpindah-pindah tempat) dari Utara (Mongol), yang getol meneror singgasana Kaisar Qin. Bagai duri dalam daging, hal itu sangat mengusik hati “Sang Dewa”.
Sementara itu, intrik politik mulai terjadi di kabinetnya. Digoyang dari dalam. Musuh dalam selimut. Kekuasaannya pun terguncang. Itu adalah lubang menganga yang mustahil bisa ditambal. Belum lagi Ramuan Keabadian yang tak kunjung didapat.
Terpetik riwayat, bahwa Kaisar Qin Shi Huang melakukan kunjungan ke pelosok daerah demi merajut simpati penduduk. Dalam perjalanan, Ia meninggal dunia. Tertipu telah meminum cairan merkuri, yang dimodifikasi sebagai Ramuan Keabadian.
Adalah Zhao Gao orang dekat yang juga sebagai pelayan. Sosoknya licik, tamak. Penghasut besar dan oportunis. Ia merupakan tokoh sentral dalam runtuhnya Dinasti Qin. Bersekongkol dengan Perdana Menteri Li Si.
Kabar wafatnya Kaisar Qin, direspon cepat oleh Zhao Gao dan PM Li Si. Keduanya berkonspirasi memanipulasi surat wasiat yang dibuat Kaisar. Berisi perintah kepada Fu Su (anak pertama) untuk naik tahta, diganti dengan instruksi bunuh diri dan menunjuk Hu Hai (anak kedua) yang diplot sebagai Penerus Singgasana. Rekayasa sempurna! Skenario tersebut sangat sukses. Pola sistemik licik yang disusun sangat rapi.
Kaisar Kedua Hu Hai asyik tenggelam dalam kenikmatan duniawi. Akibatnya, kekacauan besar politik pemerintahan melanda. Pemberontakan mulai terjadi disana sini. Lengah, PM Li Si dan Kaisar Kedua Hu Hai pun dibunuh Zhao Gao. Sembari memegang kendali pemerintahan, Ia lalu menunjuk Zi Ying (Putera Fu Su) sebagai Kaisar Ketiga.
Sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya jatuh juga. Zi Ying (Kaisar Ketiga), ternyata mewarisi sifat ayahnya (Fu Su). Kepribadiannya menonjol dan tegas. Mengetahui asal muasal kekacauan politik yang sebenarnya, ia pun membunuh Zhao Gao. “Aktor Intelektual” itu terkapar tewas tertebas (kelak menjadi salah satu “Pengkhianat Terbesar” dalam sejarah Tiongkok).
Tak berhenti sampai disitu. Upaya kudeta terus bergolak sekian lama. Huru hara semakin menjadi-jadi. Kekuatan pasukan melemah dan terjepit, hingga mengibarkan bendera putih sebagai tanda menyerah. Zi Ying, Kaisar Ketiga dari Dinasti Qin itu pun bertekuk lutut. Lalu, dengan sukarela memberikan tampuk kekuasaan pada pasukan pemberontak pimpinan Liu Bang, yang selanjutnya mendirikan Dinasti Han. Qin Emperor pun tumbang dan terhenti di generasi ketiga. (h@n)