ISIS, Sejarah Khilafah Horor (1)

Foto: Independent.co

Penulis: Umar Husain

Deklarasi Khilafah pada Hari Ini, Lima Tahun yang Lalu

Islamic State in Iraq and Syiria (ISIS) mendeklarasikan dirinya sebagai negara Islam atau khilafah pada hari ini tanggal 29 Juni 2014. ISIS mengumumkan bahwa kelompoknya merupakan satu-satunya khilafah yang ada di dunia. Mereka mengklaim mengendalikan agama, politik dan militer seluruh umat muslim di seluruh dunia.

Dalam deklarasinya mereka mengatakan, “Keabsahan seluruh pemimpin, kelompok negara maupun organisasi tidak lagi diakui setelah kekuasaan khilafah meluas dan pasukannya tiba di wilayah mereka,”.

Baca Juga:

Dalam tempo beberapa bulan, tepatnya hingga Maret 2015, kelompok ekstremis radikal ini berhasil menguasai banyak wilayah di Irak dan Suriah. ISIS bahkan sempat mengembangkan khilafahnya ke negara Libya, Nigeria dan Afghanistan. Khilafah ISIS juga berkembang ke wilayah Asia hingga Afrika Selatan.

Dikutip dari situs Wikipedia, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut ISIS telah melakukan pelanggaran HAM dan kejahatan perang. Dengan darah dingin, kelompok ini membantai penduduk tanpa memandang agama, usia maupun jenis kelamin. Pembunuhan manusia berskala besar dilakukan kelompok khilafah dunia ini di setiap wilayah yang dimasukinya.

Tak hanya itu, kelompok beraliran wahabi ini juga mengancurkan tempat-tempat suci tempat penduduk beribadah, selain merusak rumah-rumah penduduk dan mengambil alih harta mereka. Organisasi Amnesty Internasional mencap kelompok ini melakukan pembersihan etnis berskala ‘sangat besar’. PBB juga menilai kelompok radikal ini sebagai kelompok teroris.

Awal Mula Berdirinya ISIS

Gerombolan teroris ISIS terbentuk dari sebuah kelompok bernama Kelompok Tauhid dan Jihad (Jamaat Tawhid wal Jihad) yang berdiri pada tahun 1999. Kelompok ini kemudian bergabung dengan Al Qaeda pada tahun 2004. Di rentang tahun 2003 – 2006, kelompok ‘tauhid’ ini terlibat dalam pemberontakan di Irak. Di bulan Januari 2006, mereka berkoalisi dengan kelompok pemberontak beraliran wahabi lalu memproklamirkan Negara Islam Irak atau Islamic State of Iraq (ISI) pada Oktober 2006 di bawah pimpinan Abu Bakar Al-Baghdadi.

Perang saudara di Suriah pecah pada bulan Maret 2011. ISI berpartisipasi dalam pasukan pemberontak Suriah dengan mengutus pasukannya pada bulan Agustus di tahun yang sama. Mereka menamakan dirinya Jabhat An Nushrah li Ahli Syam (Front Al Nusra). Pasukan pemberontak itu menduduki provinsi Raqqah, Idlib, Deir Ez-Zour dan Aleppo.

Di bulan April 2013, Al-Baghdadi mengumumkan penyatuan ISI dengan Front Al Nusra dengan nama ISIS. Namun, pemimpin Al Nusra bernama Abu Mohammad al-Julani dan tokoh Al Qaeda bernama Ayman al-Zawahiri, menolak penyatuan kedua kelompok teroris tersebut. Dalam perjalanannya, tak jarang antar kelompok teroris berbaju khilafah ini terlibat baku tembak dan saling membunuh.

Tokoh ISIS
  • Khalifah: Abu Bakar Al-Baghdadi.
  • Wakil Khalifah: Abu Ala Al-Afri.
  • Wakil Khalifah di Suriah: Abu Ali Al-Anbari.
  • Wakil Khalifah di Irak: Abu Muslim Al-Turkmani.
  • Komandan Militer: Abu Suleiman Al-Naser.
  • Ketua Dewan Syura: Abu Arkan Al-Ameri.
  • Juru Bicara: Abu Mohammad Al-Adnani.
  • Kepala Operasi Militer di Suriah: Abu Omar al-Shishani.

Pusat kekhalifahan (ibu kota de facto): Provinsi Raqqah, Suriah.

Propaganda ISIS Melalui Media

Dilansir dari artikel Independent.co yang terbit pada tanggal 14 Februari 2017, strategi propaganda ISIS terbongkar setelah dokumen setebal 55 halaman berjudul ‘Operasi Media, Anda Juga Mujahid’ didapatkan. Dokumen itu menyebutkan bahwa ‘senjata media lebih kuat daripada bom atom’. Menurut dokumen itu ISIS memaparkan bahwa media memiliki potensi berskala luas untuk ‘mengatur’ perang antara kelompok itu dengan musuh-musuhnya.

Kantor berita ISIS bernama AMAQ merupakan mesin propaganda kelompok beraliran salafi wahabi itu. Kantor berita itu memproduksi video, mengelola situs web dan media sosial dengan akun yang sulit dihitung jumlahnya. Meskipun badan intelijen dan lembaga keamanan berbagai negara berkali-kali ‘menggulung’ mesin propaganda ISIS tersebut, dalam hitungan jam, pesan-pesannya akan muncul kembali dan tersebar melalui akun-akun itu.

ISIS  juga menggunakan propaganda media untuk merekrut simpatisan dan para pejuang dari berbagai negara. Melalui media ISIS menginspirasi serangan teror di seluruh dunia. Dokumen ISIS menyebut pejuang media itu sebagai ‘tentara tak dikenal’ yang perannya tak boleh diremehkan.

“Kepada setiap saudara yang berjuang melalui media bersama ISIS, Anda harus tahu dan yakin bahwa media adalah jihad di jalan Allah. Dengan berjuang melalui media, Anda adalah seorang mujahid di jalan Allah,” demikian tertulis dalam dokumen berbahasa arab itu.

“Pelaku jihad media adalah seorang pencari syahid,” katanya.

Kutukan Dunia kepada ISIS

ISIS mahir memanfaatkan media sosial. Mereka menyebarkan video-video pemenggalan kepala korbannya tanpa pandang bulu. Dunia mengutuk gerombolan teroris ini karena selain sadis, ISIS juga gemar menghancurkan warisan budaya kuno, tempat ibadah dan situs-situs penting peradaban.

Para ulama di seluruh dunia mengutuk ideologi dan aksi-aksi ISIS. Mereka mengenggap kelompok tersebut sudah keluar jauh dari ajaran Islam dan sama sekali tidak mencerminkan ajaran atau nilai-nilai yang dibawa agama ini. Penggunaan nama “Negara Islam” dan konsep kekhalifahan oleh kelompok ini dikritik secara luas. PBB, NATO, berbagai negara, dan sejumlah kelompok Muslim besar menolak keduanya. (bersambung…)